Pengaruh Sosio-Demografis pada Pengetahuan Perempuan tentang HIV/AIDS

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Perempuan di Indonesia ternyata memiliki sedikit pengetahuan yang memadai terkait HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome). Fakta tersebut muncul karena sejumlah faktor. Salah satunya yang ditemukan adalah faktor karakteristik sosio-demografis.

Dari hasil penelitian sebelumnya, pengetahuan perempuan mengenai HIV/AIDS lebih rendah daripada laki-laki. Banyak wanita muda masih tidak tahu bagaimana HIV itu menular dan metode pencegahan serta deteksi dini. Jika demikian, terutama minimnya pengetahuan terkait cara menentukan status HIV diri sendiri dan pasangan, akan banyak kasus baru HIV yang terus muncul.

Berdasar data mulai 2000 sampai 2012, jumlah orang yang hidup dengan HIV AIDS (ODHA) meningkat dari 27,4 juta menjadi 33,7 juta penderita. Perempuan dan anak-anak menjadi kelompok yang berisiko untuk terkena HIV. 

Melihat hubungan sosio-demografi dan pengetahuan perempuan itu, penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012. Perempuan reproduksi usia (15–49 tahun) jadi sampelnya.  Total sampel mencapai 34.984 perempuan Indonesia.

Pengetahuan perempuan tentang HIV diukur dengan 12 pernyataan terkait dengan pengetahuan VCT (voluntary counselling and testing) atau konseling dan tes HIV sukarela (KTS); cara penularan; pencegahan HIV; dan persepsi terkait ODHA. Pengetahuan tentang HIV/AIDS bisa berbentuk pengetahuan tentang cara penularan HIV; cara mencegah HIV (penggunaan kondom); deteksi dini (misal, layanan VCT); dan persepsi tentang ODHA.

Pengetahuan tentang mode transmisi adalah memastikan dengan menentukan apakah peserta yang HIV bisa ditularkan melalui menyusui dan berbagi jarum yang tidak steril, tetapi tidak melalui berbagi makanan, gigitan nyamuk, dan supernatural atau sihir. Pengetahuan tentang pencegahan HIV diukur dengan apakah selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks dan hanya memiliki satu pasangan yang dapat mencegah HIV. 

Persepsi terkait dengan ODHA ditentukan dari tanggapan tentang apakah ODHA dapat terus bekerja, apakah ODHA dapat terlihat sehat, dan kemauan untuk merawat ODHA. Pengetahuan tentang HIV dikategorikan baik atau kurang. Wanita Indonesia dianggap memiliki pengetahuan yang baik jika dia menjawab semua 12 pernyataan itu dengan benar. Jika ada salah satu jawaban salah, peserta tersebut diklasifikasikan sebagai kelompok yang memiliki pengetahuan yang kurang. 

Itu sesuai dengan cut-off dari pengukuran pengetahuan yang komprehensif tentang HIV. Karakteristik sosial demografis meliputi umur, tingkat pendidikan, lokasi tempat tinggal, status pernikahan, status pekerjaan, dan indeks kekayaan.

Temuannya, jawaban soal pengetahuan layanan VCT yang benar menjadi yang paling sedikit. Informasi mengenai VCT telah disebarluaskan melalui layanan kesehatan, media cetak, dan media sosial, tetapi stigma menggunakan layanan VCT membua informasi tentang layanan VCT mungkin diabaikan. 

Penyebaran informasi tentang manfaat layanan VCT yang benar dapat mengurangi adanya stigma mengenai layanan ini akan menjadi langkah yang sangat baik untuk mengurangi kasus HIV baru, karena VCT memungkinkan perempuan untuk mengetahui status HIV. Meskipun tingkat pengetahuan tertinggi ditunjukkan untuk bagaimana HIV ditularkan (melalui perilaku berisiko, termasuk mencegah hubungan seksual, penggunaan jarum tidak steril, darah, dan ASI), seharusnya 100 persen wanita Indonesia memiliki pengetahuan ini. 

Hasil analisis dengan Regersi Logistik menunjukkan bahwa umur mempunyai peran penting dalam pengetahuan tentang HIV/AIDS. Tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan indeks kekayaan juga memengaruhi pengetahuan perempuan tentang HIV/AIDS. Status pekerjaan dan status perkawinan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan tentang HIV/AIDS.

Tidak semua karakteristik sosio-demografis dianalisis dan ada beberapa data yang hilang yang tidak dimasukkan dalam analisis. Meski demikian, penelitian ini benar menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan yang rendah terkait dengan HIV/AIDS yang ditunjukkan oleh perempuan di Indonesia menunjukkan bahwa informasi yang akurat dan komprehensif terkait dengan HIV/AIDS harus ditekankan sebagai komponen intervensi.

Untuk mencegah penularan HIV dengan meningkatkan akses atau membiayai pemberdayaan masyarakat (terutama yang berfokus pada perempuan). Dengan pengetahuan yang akurat dan komprehensif itu diharapkan bahwa perempuan akan lebih mungkin untuk menentukan status HIV pasangannya lebih awal sehingga mencegah munculnya kasus HIV baru. (*)

Penulis: Dr. Mahmudah, Ir., M.Kes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di https://www.jpmph.org/upload/pdf/jpmph-52-2-109.pdf

Putu Erma Pradnyani, Arief Wibowo, Mahmudah (2019).  The Effects of Socio-demographic Characteristics on Indonesian Women’s Knowledge of HIV/AIDS: A Cross-sectional Study.  Journal  Preventive Medicine & Public Health 2019;52:109-114; https://doi.org/10.3961/jpmph.18.256

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).