Mahasiswa PKL Temukan Masalah Risiko Gizi Kurang di Bojonegoro

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Mahasiswa PKL UNAIR saat melakukan sesi foto bersama. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Terhitung sejak tanggal 3 Juli hingga 9 Agustus 2019, Mahasiswa Semester 7 Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. Mahasiswa tersebut tersebar ke 18 desa di wilayah kerja Puskesmas Kalitidu dan Puskesmas Pungpungan Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. 

Kelompok 10 yang beranggotakan 12 orang dan diketuai oleh Hadyan Adi Darma ditempatkan di Desa Mlaten yang terdiri dari 4 Dusun, yaitu Dusun Mlaten, Dusun Tegaron, Dusun Dangkep, dan Dusun Karang. Dimana setiap dusun terdapat 5 kader Posyandu dengan total kader 20 orang. Desa Mlaten mempunyai satu Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) yang terletak disebelah Balai Desa dan dikelola oleh Bidan Desa yaitu Bu Linda  dengan dibantu oleh 2 tenaga kesehatan lainnya.

“Sebenarnya masalah kesehatan disini tidak terlalu signifikan mbak, tapi untuk balitanya masih banyak yang kurus,” tutur Linda.

Kutipan diatas kami dapatkan dari hasil wawancara yang merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Desa Mlaten. Metode lain yang kami gunakan yaitu melakukan penyebaran kuesioner kepada 126 Ibu Balita di Desa Mlaten. Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, kami mendapatkan 5 list masalah yaitu risiko gizi kurang, SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah), PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), belum meratanya bantuan sosial, dan rendahnya pengetahuan pelaksanaan posyandu dan penggunaan buku KIA secara benar. 

“Balita disini makannya susah dan kurang bervariasi mbak, tapi ibunya menganggap kalo anaknya nggak mau makan itu ya lumrah,” tutur Aida selaku kader Dusun Mlaten.

Kemudian dilakukan prioritas masalah bersama Ibu Kader dan Bidan Desa dengan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) sehingga didapatkan satu prioritas masalah yaitu risiko gizi kurang. Hal ini dipaparkan kembali oleh Hadyan selaku ketua kelompok 10.

“Setelah kami berdiskusi berulang kali dan dikuatkan dengan penggunaan teori perencanaan dignan, kami menyimpulkan risiko gizi kurang menjadi permasalahan utama di Desa Mlaten,” lanjutnya.

Berdasarkan prioritas masalah, ditentukan akar penyebab masalah dengan menggunakan metode wawancara dan kuesioner tambahan mengenai KAP (Knowledge, Attittude, Practice) Gizi Balita dengan metode Fishbone. Akar penyebab masalah tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun alternatif solusi dengan metode MEER (Metodologi, Efektivitas, Efisiensi, Relevansi) yang menghasilkan 5 prioritas solusi. 

Dari prioritas solusi tersebut kami mencetuskan satu program intervensi yang bernama AYO PERANG (Ayo Mencegah Gizi Kurang) yang didalamnya terdapat 3 kegiatan yaitu TIMBUNAN MANTAN PAKLEK (Pelatihan Pembuatan Pemberian Makanan Tambahan Puding Ikan Lele), DEMAM RIMBA (Demo Masak Makanan Bergizi Seimbang), dan SOP IGA (Sosialisasi Pentingnya Pencatatan Pertumbuhan Anak dan Pelatihan Pembuatan Grafik Gizi Balita).

Penulis: Tim PKL

Berita Terkait

Achmad Chasina Aula

Achmad Chasina Aula

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi