Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Kerusakan Spora Myxobolus Koi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh docplayer.info

Myxobolus koi merupakan parasit yang menyebabkan Myxobolusis pada ikan mas. Parasit dari filum myxozoa merupakan parasit pada ikan yang membentuk spora sebagai salah satu stadia perkembangannya. Spora Myxobolus mempunyai bentuk ellipsoid, ovoid atau membulat yang terlihat dari sisi valvular dan berbentuk biconvex dari sisi sutural valvula. Panjang rata rata spora 10,5 μm (micron), lebar 6,6 μm dan ketebalan 3,9 μm. Gejala klinis ikan yang terserang parasit biasanya terdapat nodul (pertumbuhan jaringan yang tidak normal) berwarna putih kemerahan pada insang yang merupakan kumpulan dari ribuan spora. Kasus myxobolusis terjadi di berbagai negara dengan prevalensi rendah (5,6%) pada ikan bawal air tawar yang dibudidayakan di Sao Paulo, Brazil. Kasus myxobolusis dilaporkan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Tahun 2002 telah terjadi kematian massal ikan mas di daerah Sleman dan Kulon Progo yang disebabkan oleh parasit Myxobolus sp. dan Henneguya sp. Sehingga kerugian yang dialami pembudidaya ikan cukup besar hingga mencapai 60%.  Spora adalah stadia dewasa dari kelas myxosporea. Spora Myxobolus koi dapat mengalami kerusakan apabila disimpan dalam kondisi penyimpanan yang kurang baik.

Suhu Penyimpanan

Kerusakan spora pada umumnya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya suhu dan bahan kimia. Myxobolus cerebralis (dalam penelitian ini yang diuji adalah Myxobolus koi) mengalami kematian pada suhu 9°C dan 14°C setelah menyimpan dalam kurun waktu 72 jam. Suhu -4 hingga -21°C dapat menyebabkan spora menjadi dehidrasi. Spora dari microsporidia, rusak pada perlakuan dalam larutan ethanol 70%. Bahan kimia ethanol merupakan denaturan protein, suatu sifat yang terutama memberikan aktivitas anti mikrobial. Disamping itu, ethanol juga merupakan pelarut lipid sehingga dapat merusak membran sel dengan mekanisme kerja mengendapkan protein dan melarutkan lemak pada membran sel serta mendenaturasi biomolekul (DNA, RNA, Lipid) yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan mikrobia.

Metode dan Hasil

Tahap pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah ikan yang positif terinfeksi Myxobolus koi dibersihkan dengan air, lalu spora diambil dengan cara mengambil nodul pada insang ikan koi secara perlahan agar tidak pecah. Setelah itu spora di simpan dalam 3 perlakuan yakni perlakuan suhu kamar antara 28-34°C, suhu refrigerator 2-4°C, dan suhu lemari pembeku -5 hingga -10°C. Penyimpanan ini dilakukan selama 30 hari. Jumlah spora pada tiap perlakuan adalah 200 spora. Sebelum pengamatan, dilakukan proses pencairan pada air mengalir selama tiga menit dalam lemari pembeku. Pengamatan kerusakan spora Myxobolus dilakukan dengan perbesaran 1000x menggunakan minyak imersi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat tipe kerusakan spora yaitu dinding spora rusak, spora mengecil, kapsul polar rusak dan spora kosong. Hal ini menunjukkan bahwa spora yang disimpan pada suhu rendah (-4 hingga -10 °C) menjadi keras karena spora mengalami dehidrasi dan kekurangan cairan sehingga spora menjadi mengkerut. Suhu juga dapat menyebabkan kerusakan fisiologis spora yang lain berupa kapsul polar mengalami kerusakan berupa dislokasi dan hancur. Hingga akhirnya mengalami lisis (spora kosong atau tidak ada isinya sama sekali. Dinding spora yang putus atau hancur kondisi menunjukkan bahwa spora tidak dapat tumbuh dan mengalami kematian.

Dinding spora dapat mengalami pembekuan sehingga dapat mempengaruhi kondisi fisiologis spora Myxobolus koi. Kerusakan spora terbesar terjadi pada perlakuan suhu kamar. Hal ini disebabkan oleh suhu kamar merupakan suhu tinggi (28-34) °C dan spora tidak dapat tumbuh dan bahkan dapat mengalami kematian karena spora kekurangan cairan. Suhu Refrigerator (2-4)°C merupakan suhu optimum untuk penyimpanan spora Myxobolus koi. Hal ini dikarenakan pada suhu rendah, air dan bahan mineral lain menjadi mudah diserap oleh organisme. Pada suhu rendah terjadi penurunan gerakan molekul yang menyebabkan peningkatan kapasitas pengikatan air sebagai bahan penyerap sehingga air menjadi mudah diserap oleh organisme. Pada suhu yang terlalu rendah (-4 hingga -21 °C) dapat membekukan dinding spora. Sehingga spora menjadi kekurangan cairan dan dinding spora menjadi keras, karena perbedaan tekanan maka dinding dapat mengalami kerusakan. Suhu yang terlalu rendah juga menyebabkan proses metabolisme terganggu. Hal ini dikarenakan pada suhu dibawah 0°C spora melepaskan panas hingga suhu di dalam spora tersebut dan di luar spora menjadi sama dan akhirnya membeku.

Penulis: Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di:

https://www.researchgate.net/publication/333111766_Pengaruh_Suhu_Penyimpanan_Terhadap_Kerusakan_Spora_Myxobolus_koi_The_Effect_of_Storage_Temperature_in_Myxobolus_koi_Spore_Damage

Mahasri, G., Perdana, T. G. P., Kusnoto. (2019). Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Kerusakan Spora Myxobolus koi. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 11(1) : 28-33.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).