Kiat Memilih Dongeng Berdasarkan Karakter Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh dongengceritarakyat.com

UNAIR NEWS – Dongeng dapat menjadi salah satu media belajar anak yang baik. Baik untuk perkembangan kognitif dan menguatkan karakter anak. Bahkan melalui studi yang dilakukan oleh McClelland, cerita rakyat dapat mempengaruhi perkembangan sebuah negara setelah dua puluh lima tahun kemudian.

Rudi Cahyono, M.Psi., Psikolog menjelaskan bahwa setiap anak merespon suatu cerita atau dongeng secara berbeda. Jika dilihat pada dua tipe kepribadian anak, yaitu tipe orchid dan tipe dandelion maka keduanya juga dapat merespon suatu cerita dengan cara berbeda.

“Anak dengan kepribadian kuat maupun lemah, sebenarnya bisa menyimak cerita apapun. Kecuali jika tujuannya untuk menguatkan yang lemah atau menjaga agar tetap kuat,” ucap dosen yang akrab disapa Rudi itu.

(Baca : Memahami Tipe Kepribadian Anak dan Cara Memahaminya)

Jika bertujuan untuk menguatkan atau menjaga tetap kuat. Seperti halnya hasil penelitian McClelland maka cerita kepahlawanan atau tentang bangkitnya seseorang dari kondisi terpuruk dapat membuat kepribadian seseorang menjadi lebih kuat.

“Apalagi jika ending ceritanya ada dampak yang emosional bagi tokoh utama,” terang Rudi.

Cerita kepahlawanan juga dapat membuat anak menjadi pejuang. Namun, hal itu juga harus dibedakan dengan cerita tentang kekerasan. Cerita kekerasan akan dapat memberi dampak pada masing-masing anak secara berbeda.

Jika dikaitkan pada tipe orchid dan dandelion, maka anak dandelion (Anak-anak dengan tipe superior) akan cenderung menjadi penyerang yang potensial. Artinya, kemungkinan untuk menjadi penyerang akan semakin besar.

“Sementara anak bertipe orchid dapat mengalami efek sebaliknya,” ujar Rudi.

Anak bertipe orchid lebih memungkinkan menempatkan diri sebagai pihak yang dikorbankan. Sehingga akan semakin khawatir dan takut dengan kekerasan.

Menurut Rudi, cara memilih cerita atau buku cerita yang baik adalah disesuaikan dengan usia anak. Untuk anak usia 0 hingga 3 tahun, cerita yang melibatkan aktivitas pasti sangat disukai. Sehingga, buku yang melibatkan aktivitas bisa dijadikan pilihan yang bagus.

Sementara untuk anak usia 3 sampai 8 tahun, cerita bergambar adalah pilihan yang bagus. Diatas usia delapan tahun, anak – anak mulai bisa menikmati cerita tanpa media sekalipun. Meskipun, mereka tetap suka dengan aktivitas dan gambar.

“Sedangkan untuk isi cerita, tentu saja cerita yang dikatakan baik mengandung pesan yang baik dan jelas, tidak mengandung kekerasan, dan tidak membuat anak mencoba-coba perilaku berisiko bagi dirinya,” jelas Rudi.

Cara seseorang atau orang tua bercerita juga dapat mempengaruhi proses penerimaan anak. Cara mendongeng yang baik akan mendatangkan penyerapan pesan yang baik. Dan dampak yang diinginkan pada anak juga akan dicapai secara optimal.

“Cara mendongeng yang baik tentunya perlu mempertimbangkan antusiasme, ekpresi verbal dan nonverbal serta totalitas dalam penggunaan gestur,” terang Rudi.

Kemudian, barulah membicarakan tentang teknis. Seperti bagaimana memahami pesan dongeng, menempatkan pendengar pada tokoh yang dikenai pesan, menguatkan konflik pada perasaan pendengar, menggugah pendengar untuk merasa mampu menghadirkan solusi, sampai merasa penting untuk melakukan tindakan yang efektif karena ada dampak positif yang dirasakan.

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).