FISIP UNAIR Gandeng BPPK Kemenlu RI Paparkan Peluang dan Tantangan Kerjasama di Kawasan Afrika

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SUASANA Diskusi Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri FISIP UNAIR di Ruang Sidang Pleno C pada (7/8). (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Fenomena melejitnya perekonomian di Afrika yang bermula pada dasawarsa ke-21 menyumbang enam dari 10 negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat. Indikator tersebut diperkuat oleh pernyataan Bank Dunia yang menunjukkan bahwa negara-negara di Afrika berada pada trend pertumbuhan ekonomi yang positif.

Pusat Studi Asia-Afrika (pusaf) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar forum kajian kebijakan luar negeri dengan mengusung tema “Outbond Investment: Peluang dan Tantangan” yang berlangsung di Ruang Sidang Pleno C Lantai 3 Gedung Manajemen Kampus C. Mengundang pembicara Dr. Siswo Pramono, LL.M Kepala BPPK Kemenlu RI, Muhammad Nasir Udin Latief, ST selaku kepala sub-direktorat penanaman modal, Dr. Rossanto Dwi Handoyo, SE., M.Si., Ph.D, serta 50 peserta yang hadir.

Acara ini dibuka oleh Prof. Bambang Sektiari Lukiswanto, DEA., Drh, selaku Direktur Pendidikan UNAIR yang mewakili Rektor UNAIR. Prof. Bambang menyampaikan bahwa inovasi untuk perkembangan kerjasama di Kawasan Afrika harus dimatangkan dengan baik. Selain itu potensi negara-negara di Afrika juga besar. Hal itu harus dikelola dengan baik oleh kedua negara.

“Semoga acara ini mampu menghasilkan terobosan atau inovasi dalam meningkatkan investasi kita di kawasan Afrika. Keberadaan mahasiswa Afrika di indonesia juga merupakan potensi untuk kelanjutan dari outbond investment yang kita rencanakan. Selain itu dengan menjalin kemitraan yang berkelanjutan maka berpotensi untuk mengembangkan sumber daya kedua belah pihak,” ujarnya.

Dr. Siswo sebagai narasumber menuturkan tantangan kedepan adalah persaingan dengan negara lain yang hendak bekerjasama dengan negara-negara Afrika. Maka dari itu keutamaan kualitas dari produk yang akan kita ekspor dan jual disana harus unggul, supaya tidak kalah saing.

“Selain permasalahan kualitas, kita juga harus menyesuaikan taste masyarakat yang menjadi sasaran, karena taste di negara kita dan disana sangat berbeda. Jadi hal ini tentunya akan menuntut kita selaku investor untuk menjadi lebih inovatif dan terus berkembang. Hal yang tak kalah penting selain mengembangkan peluang ekonomi yakni menjaga kedamaian disana juga menjadi aspek yang krusial,” tuturnya.

Muhammad Nasir menjelaskan bahwa tujuan dari dilaksanakannya outbond investment adalah mengembangkan usaha dan memperluas pasar, internasionalisasi perusahaan, mendukung program ketahanan pangan, dan membuka akses pasar di negara ketiga yang memiliki perjanjian FTA dengan negara tujuan investasi.

“pemerintah sudah mendorong para anggota Kadin Indonesia mencari dan menemukan peluang bisnis di negara tempat kantor Kadin. Mengajak komunitas penguasaha Indonesia untuk turut serta mengenalkan dan berpartisipasi aktif dalam internasionalisasi produk negara, serta melakukan revisi perjanjian bilateral  di bidang investasi untuk meningkatkan perlindungan investasi Indonesia di luar  negeri,” jelasnya.

Sedangkan menurut Dr. Rossanto ekspor dan investasi adalah dua hal yang tidak jauh berbeda, keduanya merupakan penciptaan peluang untuk meraih profit. Ketika hendak berinvestasi carilah negara yang aman dan tidak sedang berkonflik, selain itu pastikan kita mengetahui selera mereka.

“Jika ingin membangun industri pakaian di Afrika, kita harus menyesuaikan dengan style dan size cart mereka, karena berbeda dengan di negara kita. Hal krusial lain adalah perihal selera mereka, hal tersebut harus kita pahami dan buat mereka jatuh hati pada produk kita, karena jika mereka sudah suka maka berpotensi menjadi pelanggan setia,”.

Penentuan target, pemahaman minat pasar, pemanfaatan peluang yang tepat, serta mengokohkan kerjasama kedua belah pihak menjadi aspek penting dalam awal mula berinvestasi atau mengekspor produk, maka dari itu hal tersebut harus benar-benar diperhatikan dan dipahami agar meminimalisir kegagalan.(*)

Penulis: Muhammad Wildan Suyuti

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).