Cegah Pikun Akibat Asap Rokok Melalui Terong Belanda

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Kata “pikun” yang identik pada orang lanjut usia (lansia), ternyata dapat juga terjadi pada usia muda atau disebut kepikunan dini. Pikun sebenarnya merupakan gejala penyakit Demensia (termasuk penyakit Alzheimer), yang ditandai dengan turunnya kemampuan otak untuk mengingat, berpikir dan berperilaku. Daya ingat atau memori yang baik tentu berperan penting dalam sistem perlindungan tubuh manusia, serta menjaga produktivitas dan kualitas hidup yang lebih baik.

Di dalam buku karangan Sani & Wijoto (2015) menyebutkan bahwa hilangnya memori merupakan keadaan yang paling mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat mempengaruhi keadaan keluarga penderita. Hal tersebut didukung oleh pendapat Mace & Rabins (2006) yang menyebutkan hilangnya memori seseorang dapat menimbulkan dampak yang sangat besar seperti caregiver burden yang berdampak buruk pada kondisi fisik, emosional, hingga perekonomian sosial dan negara bila tidak dapat ditangani secara efektif.

Penyebab penurunan memori bermacam-macam, diantaranya sel-sel yang terlibat dalam penyimpanan memori di otak (sel dentate gyrus) berangsur-angsur mulai mati, berkurangnya daya elastisitas pembuluh darah otak, berkurangnya plastisitas sinaptik, keracunan logam berat, hingga akibat paparan asap rokok secara kronis. Beberapa penelitian pada hewan percobaan (tikus putih) yang diberi asap rokok memperlihatkan fungsi memori menjadi menurun dan struktur jaringan (histologi) pada otak berubah bentuk. Penurunan memori akibat terkena asap rokok secara kronis diakibatkan kandungan senyawa kimia dalam asap rokok dapat meracuni otak. Paparan asap rokok secara terus menerus dapat menyebabkan penumpukan ion kalisum (Ca2+) didalam sitosol yang mengakibatkan kerusakan maupun kematian sel neuron / sel saraf.

Beberapa program yang telah digalakkan pemerintah untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh paparan asap rokok adalah dengan memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, memberikan area bebas rokok, menyediakan area khusus perokok, sosialiasasi dan poster bahaya rokok bagi kesehatan, hingga label bahaya rokok pada kemasan rokok itu sendiri. Berbagai upaya tersebut masih belum terasa maksimal karena masih banyak masyarakat yang kurang sadar akan bahaya paparan asap rokok. Untuk itu diperlukan upaya proteksi dari diri sendiri untuk menghindari bahaya tersebut bagi kesehatan. Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan yakni melalui pengembangan atau penelitian baru yang berpotensi mencegah dampak buruk terhadap kesehatan yaitu terong belanda.

Tanaman ini memiliki ciri buah berbentuk oval seperti telur dan berwarna merah keunguan. Meskipun bukan berasal dari Belanda, di Indonesia terong ini pertama kali dibawa dan dikembangkan oleh orang Belanda pada waktu itu. Beberapa studi melaporkan bahwa terong belanda memiliki komponen fitokimia bersifat antioksidan yang baik untuk kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol terong belanda dapat mencegah penurunan memori otak secara akibat paparan asap rokok. Hal ini ditunjukkan dengan percobaan hewan tikus putih pada penelitian dapat mencapai target pada Y-Maze dalam waktu yang lebih cepat. Y-Maze adalah sebuah metode pengukuran untuk menilai fungsi memori dalam mengenali target. Semakin lama seekor hewan mencoba mencapai target menandakan semakin buruk fungsi memorinya.

Secara ilmiah, hasil analisis penelitian tersebut menyarankan bahwa mekanisme ekstrak etanol terong belanda dapat mencegah penurunan memori melalui pengaktifan faktor transkripsi cAMP Respons Element Binding (CREB) pada hipokampus yang selanjutnya meningkatkan pembentukan faktor neurotropik yang terlibat dalam pemeliharaan plastisitas sinaptik di otak yaitu Brain Derived Neurothropic Factor (BDNF). Peningkatan BDNF berkorelasi positif memicu aktivasi glia yaitu sel-sel yang berfungsi untuk mensuport dan melindungi dari kerusakan sel otak, sehingga dapat mencegah penurunan memori otak akibat paparan asap rokok.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber acuan dalam mengenal, membudidayakan serta memanfaatkan terong belandasebagai pencegah terhadap penurunan memori akibat paparan asap rokok yang secara tidak langsung dapat berkontribusi terhadap pencegahan terjadinya demensia yang dapat dibuktikan dan dijelaskan secara ilmiah. Penelitian ini dapat dipertimbangkan menuju obat herbal terstandar untuk penelitian klinis lebih lanjut.

Penulis : Dr. Siti Khaerunnisa, M.Si

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://innovareacademics.in/journals/index.php/ijap/article/download/34861/20431

S. Khaerunnisa, K. Kusumastuti, N. . Aminah, A. Mustika, and Suhartati, “Mechanism of Solanum betaceum to Prevent Memory Impairment in Cigarette Smoke Exposed Rat,” Asian J. Pharm. Clin. Res., vol. 11, no. Special Issue 3, 2018.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).