Analisis Gambar Permukaan Wajah pada Pasien Celah Bibir

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi bibir sumbing. (Sumber: Pusat Plakat)

Tujuan dari perawatan celah bibir adalah untuk mengembalikan bentuk yang simetris dan alami dari bibir dan hidung tanpa adanya gangguan fungsi. Perawatan dilakukan dengan pendekatan pada setiap kelainan anatomi dan patologis. Namun masih saja deformitas dan asimetri ditemukan setelah operasi penutupan celah bibir dan membutuhkan koreksi sekunder.

Penilaian paska operasi penutupan celah bibir umumnya dilakukan menggunakan foto dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Dalam kasus celah bibir unilateral, sulit untuk menetapkan garis tengah bibir, yang penting untuk mengevaluasi tingkat kesimetrisan wajah.

Di bidang penelitian medis, perangkat lunak untuk menganalisis dan mensimulasikan morfologi tubuh sebelum dan sesudah operasi dikembangkan menggunakan perangkat pengukur jenis 3D nonkontak. Analisis 3D bentuk bibir dan hidung sebelum dan sesudah operasi dapat menunjukkan perubahan dalam struktur wajah, dan bisa memprediksi hasil operasi, terlepas dari keterampilan dan pengalaman operator.

Permukaan kulit bibir atas merupakan salah satu indikasi keberhasilan operasi, namun sangat sulit untuk menilai asimetri permukaan wajah anak muda terutama yang tidak kooperatif selama akuisisi data. Perkembangan stereophotogrametri 3D memungkinkan kami untuk mendapatkan data 3D yang tepat pada permukaan anak muda setelah penutupan primer celah bibir.

Dalam penelitian ini, kami mengajukan metode pemrosesan gambar untuk penilaian visual dan kuantitatif pada permukaan wajah secara digital menggunakan gambar shadow dan zebra, yang dibangun dari gambar moire yang direkonstruksi berdasarkan data wajah 3D. Selain itu, kami membandingkan asimetri bentuk bibir atas pada pasien celah bibir dan anak normal untuk menilai teknik rekonstruksi otot yang kami terapkan saat penutupan primer celah bibir.

Dua puluh dua data pasien celah bibir unilateral komplit dari Oktober 2009 hingga Januari 2013 yang terdaftar dalam penelitian ini. Semua pasien telah menjalani operasi penutupan primer celah bibir dengan metode Cronin (Cronin, 1966) pada usia rata-rata 5,1 + 1,6 bulan. Data wajah 3D dari pasien diambil menggunakan stereophotogrammetry, Vectra H1, usia rata-rata 64,0 + 11,5 bulan. Nilai control data 3D diperoleh dari 23 anak yang sehat dengan usia dan distribusi jenis kelamin yang sama.

Gambar shadow dan zebra dibangun dari gambar moire, yang direkonstruksi dari data wajah 3D menggunakan stereophotogrammetry. Gambar lalu dipotong dan dibalik dengan poros garis tengah wajah. Perbedaan titik berat dan kepadatan antara sisi celah bibir dan sisi sehat di dua daerah yang menarik, yaitu wajah dan daerah bibir dihitung dan dibandingkan dengan nilai kontrol pada anak yang sehat.

Dalam kelompok pasien dengan celah bibir, rata-rata diskrepansi gambar shadow dan gambar zebra adalah 1,76 +/- 0,70 dan 2,63 +/- 1,72 piksel, masing-masing, di area wajah dan 1,31 +/- 0,36 dan 3,83 +/- 2,08 piksel, masing-masing, di area bibir. Ada perbedaan yang signifikan dalam rata-rata titik berat dan kepadatan di gambar zebra di daerah bibie antara kelompok pasien celah bibir dan kelompok kontrol.

Kesimpulannya, analisis gambar kami tentang asimetri permukaan wajah digital pada pasien dengan celah bibir unilateral komplit dapat memberikan informasi visual dan kuantitatif, dan dapat berkontribusi pada perbaikan rekonstruksi otot pada operasi penutupan celah bibir. (*)

Penulis: Muhammad Subhan Amir

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30587013

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).