Kelompok Sebaya Dukung Kepatuhan Pengobatan Pasien TB Paru

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Tribunnews

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama yang diderita oleh sekitar 10 juta orang setiap tahun, dan menjadi faktor kematian tertinggi di dunia dengan sekitar 1,2 juta kematian pada 2014. Tantangan utama pengobatan TB dalam satu dekade terakhir adalah multidrug resistance (MDR) atau resistensi beragam obat yang disebabkan beberapa faktor, salah satunya buruknya kepatuhan regimen pengobatan. Kepatuhan klien dalam pengobatan TB adalah faktor utama kesembuhan yang dapat meningkatkan rasio kesuksesan pengobatan dan mencegah resistensi obat.

Pada 2015, ada sekitar 330.910 kasus TB di Indonesia atau meningkat sekitar 6.500 kasus dari tahun esbelumnya dengan kesuksesan pengobatan sekitar 85%. Di tingkat nasional, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu yang paling tinggi angka TB-nya, yakni 44.077 orang pada tahun 2015 atau nomer dua nasional setelah Jawa Barat. Sebanyak 2.173 penderita merupakan anak-anak.

Kedisiplinan klien TB dalam pengobatan adalah kunci kesembuhan, yang mana itu sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga dan penderita lain. Mereka bisa mengingatkan pentingnya meminum obat tepat waktu dan tepat dosis. Beberapa cara lain untuk meningkatkan kepatuhan berobat klien TB adalah konseling sebaya dan manajemen perencanaan individual. Intervensi berbasis kelompok sebaya juga berkaitan dengan perubahan kepatuhan secara signifikan. Lalu, pengaruh teman sebaya terhadap sikap, minat, dan perilaku seseorang, dalam beberapa kasus, lebih besar daripada pengaruh keluarga. Oleh karena itu, penelitian kami bertujuan untuk mengidentifikasi efek dukungan kelompok sebaya (peer-group support) terhadap kepatuhan pengobatan pada pasien TB paru.

Penelitian ini melibatkan 36 responden yang positif TB paru yang dibagi dua kelompok perlakuan dan kontrol. Desain penelitiannya adalah kuasi-eksperimental dengan tes sebelum dan sesudah intervensi. Kriteria inklusi dari responden adalah menderita TB paru yang mendapatkan perawatan lanjutan 3-6 bulan, berusia 21-60 tahun, dan dapat membaca maupun menulis. Pasien dengan kondisi khusus seperti hamil dan memiliki komplikasi hemoptisis, bronkiektasis, kolaps, dan lain-lain tidak diikutsertakan dalam penelitian.

Intervensi yang dilakukan di sebuah klinik di Kabupaten Bangkalan ini berdurasi sekitar dua pekan yang terdiri dari empat pertemuan dengan masing-masing 30-45 menit. Agenda intervensinya antara lain pembukaan, pemaparan masalah, berbagi ide, implementasi rencana, dan penutupan. Data dianalisis menggunakan tes Chi-square dan McNemar dengan tingkat signifikansi kurang dari 0.05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di antara empat subkategori kepatuhan (bagaimana meminum obat, waktu meminum obat, dosis obat, dan kepatuhan jadwal), hanya waktu minum obat pada kelompok perlakuan. Sebelum intervensi, 12 responden (66%) meminum obat setelah makan. Setelah intervensi, jumlahnya berkurang menjadi 3 saja (16.7). Dari hasil ini diketahui bahwa dukungan kelompok sebaya berpengaru pada kepatuhan pengobatan, terutama dalam hal waktu meminum obat.

Penulis: Gading Ekapuja Aurizki, S.Kep., Ns.

Informasi lebih lengkap dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/246/1/012033

U. Hasanah, M. Makhfudli, L. Ni’mah, F. Efendi, and G. E. Aurizki (2019). Peer Group Support on the Treatment Adherence of Pulmonary Tuberculosis Patients. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 246: 012033 http://doi.org/10.1088/1755-1315/246/1/012033

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).