Usung Radioactive Pills, Mahasiswa FST Juara II Malaysia Speaking Mind Competition

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Salah satu Ksatria Airlangga Kembali menorehkan prestasi di kancah Internasional. Yakni, Nur Aidatuzzahro, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR), menjadi juara II di ajang Malaysia Speaking Mind Competition pada Sabtu (3/8/2019) di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Negeri Sembilan, Malaysia.

Berawal dari seminar di Kalimantan, Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional) merencanakan membuat PLTN (Pembangkit Tenaga Listrik Nuklir) di daerah Melawi, Kalimantan Barat. Rencana tersebut menimbulkan pro-kontra. Terutama masyarakat takut terkena efek limbahnya.

”Nah, jadi aku ingin buat inovasi mendukung pemerintah. Tapi juga me-recycle limbah tersebut jadi barang berguna. Yakni buat nuclear medicine,” ungkapnya.

Dari masalah tersebut, Zahra – sapaan Nur Aidatuzzahro– membuat gagasan ”Radioactive Pills” from Nuclear Power Plant’s Waste Better Medical Technology. Dengan gagasan itu, ia membuat sebuah  nuclear medicine. Yakni, sebuah pengobatan atau terapi untuk diagnosis kanker.

”Kebanyakan yang digunakan itu radioisotope biasa. Aku radioisotopnya dari limbah pembangkit listrik tenaga nuklir, di mana limbah tersebut masih mengandung bahan aktif,” jelas mahasiswa Fisika FST UNAIR tersebut.

Zahra menerangkan persiapan yang dilakukan, antara lain, studi literature dengan membaca tiga jurnal milik Batan. Selain itu, ia mempelajari materi dari seminar Batan. Termasuk bertanya kepada salah seorang peneliti di Batan.

Sejumlah kesulitan turut ditemui Zahra dalam menyelesaikan idenya. Misalnya, di UNAIR, belum ada dosen yang bergerak spesifik di bidang itu (nuklir). Meski, nuclear medicine merupakan salah satu cabang dari Fisika, terutama Fisika Medis.

Selain itu, bagi Zahra, kendala awal yang dihadapinya adalah takut research-nya gagal dipahami. Meski demikian, research-nya pun akhirnya membuahkan prestasi. Penyelesaiannya research itu, ungkap Zahra, turut dibimbing Dr. Nurina Fitriani, S.T., dosen Teknik Lingkungan UNAIR. Karean itu, research tersebut juga lebih mengarah ke lingkungan.

”Kendala awal, takut research­-ku gagal dipahami. Tapi, ternyata jurinya ada yang dari Malaysian Nuclear Agency. Dan Alhamdulillah juara,” ujar mahasiswa angkatan 2017 tersebut.

Zahra berharap masyarakat menjadi tercerdaskan. Bahwa paradigma nuklir berbahaya itu tidak ada. Sebab, beberapa sudah banyak produk nuclear medicine. Dan, semoga research serta prestasinya mampu menginspirasi, bermanfaat, dan bisa membuat UNAIR semakin dikenal di kancah International. (*)

Penulis: Asthesia Dhea C.

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).