Belajar Historiografi Tak Melulu Harus Mahasiswa Sejarah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
MAX Lane saat memberikan materi terkait cara menulis historiografi. (Foto : Tunjung Senja Widuri)

UNAIR NEWS – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNAIR bersama Klub Seri Buku (KSB) kembali menggelar kelas kepenulisan sebagai rangkaian seri lokakarya literasi di Satu Atap Co-working Space pada Sabtu (27/07/2019). Setelah sukses melaksanakan kelas kepenulisan sesi pertama, pada kegiatan kali ini mengambil tema “Menulis Historiografi” yang langsung dimentori oleh Max Lane.

Max Lane sendiri dikenal sebagai Indonesianis asal Australia yang berjasa menerjemahkan Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Berkat itu, Ia akhirnya melahirkan buku karyanya sendiri berjudul Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia yang berisi kumpulan analisis karya Pram. Kemudian ia juga dikenal sebagai Visiting Lecturer di FISIPOL UGM serta Visiting Senior Fellow di ISEAS Yusof Ishak Institute.

Dalam sesi materi, Max Lane mengatakan bahwa para peserta perlu mengindahkan teknik – teknik dalam menulis historiografi, seperti memahami struktur penulisan hingga penyajiannya. Mereka setidaknya juga memiliki wawasan tentang pengertian historiografi, penggalian data dalam menulis historiografi, penggunaan sumber-sumber data atau referensi dalam penulisan historiografi.

“Landasan utama dalam menulis historiografi sebenarnya bukan terletak pada masalah teknik, seperti menulis dengan bahasa Indonesia yang baik serta catatan kaki saja,” tutur Max Lane.

SUASANA kelas kelas kepenulisan LPPM UNAIR x KSB. (Foto : Tunjung Senja Widuri)

Max Lane menyebutkan bahwa sebetulnya para peserta perlu untuk berpikir secara kritis, mengetahui gambaran situasi seakurat mungkin, memahami bahwa realitas perubahan berdiri di atas rangkaian sebab akibat dan memaknai bahwa manusia hidup dalam eksistensi ruang dan waktu yang terus berlalu.

“Dengan berpikir kritis maka para peserta akan mudah menerima segala informasi dan memahami realita sejarah secara runtut berdasar bukti nyata,” paparnya.

Ia melanjutkan dalam menulis historiografi tidak akan terlepas dalam dalam konteks ruang dan waktu. Ruang memiliki makna tempat terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kemudian konsep waktu menandai kapan terjadinya suatu peristiwa itu.

Pada akhir Max Lane berharap melalui lokakarya kelas kepenulisan itu para peserta  dapat memiliki pemahaman dan keterampilan dasar tentang cara menulis historiografi. Poin terpenting mereka mampu mempraktikannya setelah kelas berakhir.

Penulis: Tunjung Senja Widuri

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).