Super Food untuk Ikan Badut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh news kkp go id
Ilustrasi oleh news.kkp.go.id

Istilah super food mengacu pada bahan makanan yang kaya nutrisi dan memiliki dampak positif pada tubuh. Salah satu super food yang popular sebagai suplemen makanan adalah Spirulina. Ya, ganggang hijau-biru ini cukup terkenal kaya akan asam lemak omega 6 dan 3, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, besi, dan mineral lainnya. Selain  sebagai suplemen untuk manusia, bahan ini juga dapat digunakan untuk ikan badut karena memiliki habitat yang sama, perairan laut. 

Dikenal dengan ciri khas warna oranye cerah dengan tiga garis hitam dan putih, ikan badut menjadi semakin terkenal terlebih setelah diangkat sebagai tokoh utama beberapa film animasi. Warna cerah ikan badut disebabkan oleh karotenoid, sebuah pigmen yang dihasilkan oleh semua organisme dan jamur fotosintetik, termasuk mikroalga. Intensitas warna ikan ini juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur ikan dan faktor eksternal seperti kualitas air, intensitas cahaya, dan pakan yang mengandung karoten dan nutrisi. 

Akibatnya, permintaan akan ikan ini meningkat drastis. Untuk budidaya, hal ini menguntungkan karena pasar tersedia, namun menjaga efektifitas biaya dalam usaha budidaya tentunya merupakan hal lain. 

Spirulina sebagai super food

Kecerahan warna ikan sangat dipengaruhi oleh jumlah karotenoid yang ada. Warna ikan umumnya akan lebih cerah hingga umur tertentu, lalu menurun. Oleh karena itu penting untuk menjaga jumlah karotenoid, apalagi bahan ini tidak dapat diproduksi oleh tubuh ikan. Spirulina yang kaya pigmen karotenoid dan fikosianin sangat baik bagi ikan hias dalam budidaya. Pertimbangan untuk meggabungkan super food yang lebih murah dan bernutrisi muncul untuk mengganti tepung ikan, bahan utama  pakan yang notabene semakin mahal. Pertanyaannya, berapa persentase tepung ikan yang dapat disubstitusi oleh super food ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kami melakukan sebuah riset selama 60 hari. Kami menggunakan 3 ulangan, 3 perlakuan tepung Spirulina dan 1 kontrol negatif tanpa Spirulina. Selain itu, kami menggunakan 2 lingkungan pemeiharaan yang berbeda yaitu indoor (dalam ruang) dan outdoor (luar ruang). Penggunaan kondisi pemeliharaan yang berbeda kami gunakan untuk memastikan apakah faktor lingkungan, dalam hal ini intensitas cahaya dan kualitas air berpengaruh terhadap peningkatan intensitas warna ikan badut. 

Spirulina digunakan dengan kandungan 0.9%, 1.2%, dan 1.5% untuk tiap perlakuan. Tepung Spirulina dicampur dengan tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, minyak ikan, minyak jagung, dan premix. Pakan yang dibuat kemudian dianalisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi pakan tersebut.

Pakan yang telah dibuat dicetak dengan panjang 2-3 cm dan diberikan sebanyak 4 kali dalam sehari. Monitoring pertumbuhan (panjang dan berat) dilakukan setiap 10 hari. Untuk monitoring warna tubuh digunakan metode M-TCF (Modified Toca Color Finder). Metode ini menggunakan pengamatan warna yang dilakukan oleh 5 orang yang berbeda pada awal dan akhir pemeliharaan. Kelima orang tersebut haruslah memiliki penglihatan normal. Ikan badut dibandingkan dengan pedoman warna yang ada pada M-TCF yang masing-masing memiliki skor. Skor yang lebih rendah menunjukkan warna yang lebih cerah. Sebagai pembanding, analisis histologi kromatografi juga dilakukan di awal dan akhir pemeliharaan.

Terdapat peningkatan warna pada hari ke-30 karena ikan telah beradaptasi dengan lingkungan pemeliharaan. Intensitas warna ikan badut meningkat dengan penambahan 1.2 – 1.5% tepung Spirulina walaupun peningkatannya tidak signifikan saat dianalisis statistik. 

Senada dengan warna, pertumbuhan dan kealangsungan hidup ikan badut juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Terdapat beberapa ikan yang mati karena infeksi peyakit bakteri. Kesimpulan ini dapat ditarik karena ikan yang mati memiliki beberapa gejala seperti berenang terpisah dari kelompoknya, warna tubuh dan organ pucat serta pembengkakan pada hati dan ginjal. Kandungan fikosianin dalam Spirulina bersifat imunostimulan yang memacu produksi sel darah merah. Akibatnya, ikan badut lebih tahan terhadap penyakit dan kelangsungan hidupnya lebih tinggi ketika ditambahkan Spirulina ke dalam pakannya. Namun, super food ini kelihatannya tidak terlalu super untuk meningkatkan intensitas warna dan pertumbuhan ikan badut. 

Penulis: Syifania Hanifah Samara, S.Pi., M.Sc.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/236/1/012073

Siti Hudaidah, Berta Putri, Syifania Hanifah Samara, and Yudha Trinoegraha Adiputra (2019). Effect of partial replacement of fish meal with Spirulina platensis meal in practical diets and culture location on growth, survival, and color enhancement of percula clownfish Amphiprion percula. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 236 012073; https://doi.org/10.1088/1755-1315/236/1/012073

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).