Perlukah Strategi Peningkatan Persalinan pada Fasilitas Kesehatan?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Republika
Ilustrasi oleh Republika

Sampai dengan saat ini Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKIB) masih menjadi masalah kesehatan utama dunia. Di Asia Tenggara saja, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada 2015 AKIB mencapai 164 kematian per 100,000 kelahiran hidup. Meskipun telah terjadi penurunan, AKIB di Indonesia kematian ibu masih berada di kisaran 305 per 100,000, masih sangat jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mencapai angka di bawah 70 kematian per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Tragisnya, masih banyak ibu bersalin yang dilakukan di luar fasilitas kesehatan. Lantas pertanyaannya, faktor apa sajakah yang terkait dengan peningkatan persalinan di fasilitas kesehatan?

Sebenarnya Indonesia telah membuat kemajuan yang baik di bidang layanan kesehatan bagi ibu yang diindikasikan dengan kenaikan persentase persalinan di fasilitas kesehatan (faskes) dari tahun ke tahun. Data Kemenkes terakhir juga menunjukkan bahwa 86% ibu bersalin di fasilitas Kesehatan pada tahun 2018. Namun kondisi ini masih menyisakan pertanyaan, khususunya apa sajakah yang memengaruhi ibu hamil menentukan pilihan persalinan di faskes.

Tingginya AKIB di Indonesia seringkali menjadi sorotan para pakar kesehatan dunia. Namun demikian, tidak banyak literatur yang memuat penelitian yang mengupas faktor-faktor yang memengaruhi wanita dalam menggunakan faskes untuk bersalin, terlebih lagi menyoroti kondisi di Indonesia.  Kami melihat bahwa pemanfaatan faskes sebagai rujukan persalinan yang aman belum maksimal. Padahal, WHO melaporkan bahwa pemanfaatan faskes yang baik mampu menurunkan AKIB secara signifikan. Kenyataanya, data tahun 2012 menunjukkan hanya 55.2% Ibu di Indonesia yang memilih untuk melahirkan faskes yang disediakan pemerintah dan swasta.

Meskipun pemerintah telah berupaya meningkatkan jangkauan faskes ke daerah pedesaan dan terpencil, kenyataanya upaya ini tidak diiringi dengan pergeseran pilihan ibu untuk melahirkan di luar seting tersebut. Masih banyak di antara para ibu yang memilih untuk melahirkan di rumah. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan pengaruh peran keluaga terdekat, bidan, faktor sosial dan demografis ibu, serta aksesibilitas keluarga menuju faskes. Karenanya kami melakukan penelitian tentang faktor yang berkaitan dalam pemilihan faskes untuk bersalinuntuk merepresentasikan kondisi di Indonesia. Kami mengevaluasi bagaimana determinan yang menentukan bagaimana ibu memutuskan untuk bersalin di faskes di wilayah Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Pada saat eksplorasi data pada penelitian ini, SDKI 2012 dipilih karena data SDKI 2017 belum resmi dirilis. Hal ini dilakukan atas pertimbangan kesahihan data yang akan digunakan. Data SDKI merupakan bagian dari International Demographic Health Survey (IDHS) yang diselenggarakan oleh Inner City Fund, yang pengambilan datanya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia berkerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Eksplorasi kami mengklasifikasikan wilayah perkotaan dan perdesaan di setiap propinsiKami membatasi sampel yang dilibatkan dalam proses analisis kepada wanita yang telah menikah dan dalam rentang usia 15 sampai 49 tahun. Kami melakukan analisis univariat, bivariat, dan logistic regression analysis. Analisis univariat kami lakukan untuk menemukan data deskriptif wanita sebagai sampel yang kami libatkan. Analisis bivariat kami lakukan menggunakan chi-square test untuk menguji korelasi variabel independen dan dependen; dan logistic regression analysis kami lakukan untuk melihat faktor yang signifikan terhadap keputusan ibu untuk memilih layanan persalinannya.

Usia ibu, pendidikan, tempat tinggal, keterlibatan ibu dalam pengambilan keputusan di rumah tangga, pekerjaan, status ekonomi dan jumlah kunjungan ke faskes kami posisikan sebagai prediktor yang kemudian kami analisis dalam hubungannya dengan keputusan ibu memilih layanan kesehatan untuk bersalin. Hasil analisis kami menunjukkan bahwa usia, pendidikan, tempat tinggal, status ekonomi, jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan, status pekerjaan, dan keterlibatan ibu dalam pengambilan keputusan di rumah tangga menjadi penentu di mana ibu akan melahirkan. Semakin baik kondisi prediktor akan menentukan ibu untuk memanfaatkan faskes sebagai pilihan untuk bersalin dengan aman.

Implikasi temuan pada penelitian kami menekankan bahwa program pelayanan kesehatan ibu harus diperluas dan dipromosikan untuk menyentuh kelompok wanita yang termasuk ke dalam kategori miskin, tinggal di daerah pedesaan, dan dengan mengkampanyekan persalinan aman yang sensitif terhadap kearifan lokal. Strategi yang berfokus pada peningkatan kualitas kunjungan kehamilan sangat direkomendasikan mengingat hal ini turut menentukan ibu untuk memilih faskes sebagai layanan utama dalam membantu persalinan yang aman. Kami menyadari bahwa upaya peningkatan kesejahteraan ibu dan anak pada persalinan turut dipengaruhi oleh ketersediaan, pemanfaatan, dan kualitas fakses. Karenanya koordinasi lintas sektoral untuk meningkatkan prediktor dalam penelitian ini menjadi strategi utama untuk menurunkan AKIB, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi di Indonesia.

Penulis: Ferry Efendi RN, M.Sc, Ph.D

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.hindawi.com/journals/tswj/2019/9694602/

Ferry Efendi, Ani Rihlatun Ni’mah, Setho Hadisuyatmana, Heri Kuswanto, Linlin Lindayani, and Sarni Maniar Berliana, “Determinants of Facility-Based Childbirth in Indonesia,” The Scientific World Journal, vol. 2019, Article ID 9694602, 7 pages, 2019. https://doi.org/10.1155/2019/9694602.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).