Efek Disinhibisi Online Pelaku Cyber Incivility

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Sains Kompas
Ilustrasi oleh Sains Kompas

Perkembangan teknologi media komunikasi elektronik bagai pedang bermata dua bagi peradaban umat manusia saat ini. Media ini tidak hanya mempermudah proses komunikasi kerja yang lebih fleksibel dan menghemat waktu, namun juga memberi celah bagi seseorang untuk bebas mengekspresikan pandangan, emosi, dan perdebatan. Cyber incivility merupakan perilaku komunikasi bermedia elektronik yang melanggar norma etika untuk menjaga sikap saling menghargai dalam berinteraksi di lingkungan kerja. Bentuk perilakunya dapat secara jelas ditampilkan berupa penggunaan bahasa sarkasme dan merendahkan orang lain, maupun tidak secara terang-terangan seperti perilaku tidak membalas sama sekali suatu pesan singkat, atau membatalkan pertemuan dalam waktu mendesak.

Studi Lim, Teo dan Chin (2008) menunjukkan bahwa sebanyak 91 % pekerja di Singapura pernah mengalami cyber incivility dari atasan. Berkaitan dengan hal ini, fenomena cyber incivility juga dialami pada karyawan di lingkungan kerja Indonesia. Data South East Asia Freedom of Expression Network mencatat kasus ujaran kebencian dan pencemaran nama baik melalui komunikasi media elektronik di Indonesia meningkat hingga 79, 3 % dari tahun 2008 hingga 2017. Berbagai studi mengatakan bahwa seseorang yang pernah mengalami hal ini cenderung mengalami tekanan psikis, komitmen kerja yang menurun, mangkir, kecemasan, ketakutan hingga berujung pada resiko berhenti dan berpindah pekerjaan.

Terkait dengan hal ini, Byron (2008) menjelaskan jika pada komunikasi yang bersifat tatap muka secara langsung, prosesnya melibatkan isyarat verbal dan nonverbal seperti ekspresi wajah, besar-kecilnya intonasi suara (paralanguage), adanya isyarat kontak sosial, sehingga secara keseluruhan situasi ini memungkinkan adanya emosi yang lebih dirasakan oleh penerima dan pengirim pesan. Adanya isyarat verbal dan non verbal tersebut menyebabkan kedua belah pihak mudah melakukan klarifikasi untuk mencari kejelasan dengan mengajukan pertanyaan atau mengulangi informasi secara langsung. Sebaliknya, proses komunikasi bermedia elektronik lebih berbasis teks dengan ketidakhadiran mitra komunikasi secara langsung. Ketidakhadiran mitra komunikasi secara langsung menyebabkan adanya keterbatasan dalam pemahaman isyarat non verbal dan tertundanya umpan balik. Keterbatasan ini mengarahkan pada terjadinya efek disinhibisi yang mendorong seseorang untuk mengekspresikan perasaan pribadi atau melakukan hal-hal yang menjurus pada perilaku agresif dan permusuhan lebih rileks dan terbuka (Suler, 2004).  Sayangnya, studi empirik selama ini hanya mengulas anteseden pelaku cyber incivility dari sudut pandang domain kerja dan kepribadian pengguna alat komunikasi, namun jarang mengulas karakteristik online yang menyebabkan seseorang mudah terlibat dalam sosial disinhibisi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh anonimitas, invisibility, asinkronisitas, dan imajinasi disosiatif terhadap perilaku cyber incivility.

Disinhibisi Online

Mengacu pada Suler (2004) bahwa efek disinhibisi online terjadi karena adanya beberapa faktor salah satunya anonimitas. Pada situasi anonim memungkinkan seseorang merasa kurang teridentifikasi, kurang merasa bertanggung jawab, serta adanya keyakinan perilakunya tidak diketahui orang lain. Individu yang kurang mampu mengendalikan diri akan lebih mudah mengekspresikan emosi  tanpa merasa takut akan resiko sanksi sosial. Faktor lainnyayang tidak kalah penting yakni invisibility. Menurut Suler (2004) invisibility merupakan keadaan dimanaidentitas diketahui tetapi karena proses komunikasi yang tidak saling bertemu, sehingga pengirim pesan merasa segala perilakunya tidak dapat terlihat atau terdengar oleh penerima pesan. Kesempatan ini menyebabkan individu tidak mengalami kecemasan saat mengetik pesan atau merespon informasi bahkan menyampaikan perasaan pribadi yang mungkin tidak berani diungkapkan secara tatap muka. Lebih lanjut, terkadang waktu dalam komunikasi online tidak bersifat real time sehingga antara pengirim dan penerima pesan tidak sinkron. Suler (2004) menjelaskan  respon yang dapat tertunda akibat asinkronisitas pada komunikasi online memberi kesempatan seseorang untuk melarikan diri dari tanggung jawab setelah memposting pesan yang bersifat pribadi, emosional, atau bermusuhan dalam media elektronik. Maka dari itu semakin seseorang merasa invisible maka semakin mudah terlibat dalam perilakucyber incivility.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa efek disinhibisi online berpengaruh pada terjadinya tindakan cyber incivility. Selain itu sifat asinkronisitas waktu memungkinkan individu membalas suatu pesan setelah beberapa menit, jam, hari, bahkan bulan yang menyebabkan keterlambatan umpan balik. Hal ini mengarah pada ekspresi pelanggaran norma sosial tanpa merasa bersalah atau bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan

Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan teknik analisa Multiple linier regresion. Subjek penelitian adalah 111 orang pekerja dari berbagai jenis pekerjaan (66 females, 45 males, usia rata-rata = 32,8739, SD = 5,73) berdomisili di Indonesia yang direkrut secara purposive sampling.Hasil menunjukkan bahwaanonimitas, invisibility dan asinkronisitas berpengaruh secara signifikan pada hadirnya cyber incivility.      

Implikasi dari riset ini,kita perlu lebih waspada dan bijak dalam berkomunikasi dan menjalin interaksi kerja melalui media elektronik. Diperlukan individu yang cerdas secara emosional dalam menanggapi setiap permasalahan dalam interaksi kerja sehingga tercipta lingkungan kerja yang kondusif dengan perilaku komunikasi santun dan beretika.

Penulis: Fajrianthi

Informasi detil dari penelitian ini dapat dilihat pada

PAPER • OPEN ACCESS

Cyber Incivility Perpetrator: The Influenced of Dissociative Anonimity,

Invisibility, Asychronicity, and Dissociative Imagination

To cite this article: S K T Febriana and Fajrianthi 2019 J. Phys.: Conf. Ser. 1175 012238

View the article online for updates and enhancements.

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/1175/1/012238/pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).