Dua Anggota UKM Pramuka UNAIR Sabet Prestasi di Racana Walisongso National Essay Competition 2019

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
MUHAMMAD Sabilul Firdaus (kiri) dan Shinta Febrianty (kanan). (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Universitas Airlangga (UNAIR) kembali sabet prestasi pada ajang essay competition. Kali ini dua perwakilan yang meraih prestasi ialah Muhammad Sabilul Firdaus (Fakultas Psikologi 2016) dengan juara 3 dan Shinta Febrianti (Fakultas Kesehatan Masyarakat 2016) dengan harapan 2.

Lomba yang diberi nama Racana Walisongo National Essay Competition 2019 tersebut berlangsung pada Kamis (11/07/2019) di UIN Walisongo Semarang. Lomba itu diikuti oleh enam finalis yang berhasil lolos. Namun pada kesempatan itu, UNAIR menjadi satu-satunya yang berhasil mengirimkan dua perwakilan sekaligus.

Muhammad Sabilul Firdaus perwakilan UKM Pramuka yang mendapat juara 3 memaparkan bahwa essay yang dibuatnya berjudul KAMPING (Kakah Pendamping): Peran Pramuka sebagai Bentuk Dukungan Sosial bagi Korban Perundungan di Sekolah. Essay tersebut berisi tentang aksi yang bisa dilakukan oleh pramuka sebagai upaya penanganan kasus bullying atau perundungan yang terjadi di sekolah atau institusi pendidikan.

“Essay ini berangkat dari pengalaman menarik saya saat mengajar pramuka di dua sekolah swasta Surabaya. Pertama di salah satu SD swasta, ketika pertama kali mengajar ada satu siswa yang menyambut kehadiran saya, dan memberikan kesan sangat positif. Dia memiliki keterbatasan fisik di bagian bibir sehingga ketika berbicara butuh perhatian lebih supaya bisa mengerti apa yang diucapkan,” tuturnya.

Keterbatasan fisik tersebut menjadi pemicu teman-temannya untuk melakukan tindakan bullying terhadapnya. Tentu perlakuan itu akan membuat anak down dan menangis. Namun berbeda dengan sewaktu mengajar di salah satu SMP di Surabaya yang merupakan sekolah inklusif dan terdapat siswa anak berkebutuhan khusus (ABK).

“Pada saat kegiatan pramuka seperti biasa, banyak temannya yang memahami kondisi siswa ABK tersebut serta membantunya dalam berkegiatan. Tindakan toleransi itulah yang membuat saya menjadi terinspirasi dalam menulis essay,” tambahnya.

Disisi lain pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler wajib, baik bidang pendidikan dasar maupun menengah. Pramuka sejatinya bisa menjadi jalan untuk agen perubahan di dunia pendidikan supaya lebih baik dan senantiasa mengedepankan toleransi terhadap sesama.

Sabil sapaannya, sempat tidak menyangka mendapatkan juara 3 pada kompetisi tersebut karena merupakan kali pertama menjajaki kompetisi esai nasional. Menurut Sabil perjuangan yang diimbangi dengan doa memang selalu memberikan hasil terbaik.

“Kalah ataupun menang dalam kompetisi hanya sebagai bonus, yang terpenting adalah ilmu serta relasi yang kita dapat,” tutupnya.(*)

Penulis: Muhammad Wildan Suyuti

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).