Kembangkan Potensi Getah Batang Pisang Ambon Sebagai Tanaman Obat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Tribun Timur

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan sumber daya alam dan berbagai macam budaya. Didukung sebagai negara kepulauan membentang seluas 1.910.931,10 km2, menjadikan kaya akan kebudayaan hingga terkenal sampai ke manca negara. Sebagai negara yang tinggal di kawasan tropis menjadikan pula Indonesia memiliki tanaman yang berkhasiat obat, sehingga banyak dikembangkan sebagai Tanaman Obat Indonesia (OTI).

Untuk menuju sebagai tanaman yang berkhasiat, tentunya diperlukan bukti-bukti tentang penelitian kemanfaatan dan keamanannya. Diharapkan dengan adanya bukti penelitian secara ilmiah, maka dapat menjadikan suatu obat yang mempunyai standar.

Hambatan kolagenase getah batang pisang ambon

Memasuki era industri 4.0 serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya menuntut segala sesuatu serba instan. Begitupula dengan kesehatan, diharapkan banyak ditemukan obat baru yang dapat mengatasi penyakit tanpa menimbulkan efek samping serta murah. Kemajuan teknologi pembuatan obat menyebabkan semakin tinggi pula harga obat. Masyarakat yang notobene mempunyai penghasilan rendah, tentunya berharap mendapatkan obat yang baik dengan harga murah.

Indonesia sebagai negara tropis tentunya memiliki beranekaragam tanaman, mulai dari tanaman hias, tanaman rempah maupun tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pengobatan yaitu tanaman pisang. Secara tradisional, masyarakat pedesaan telah menggunakan getah batang pisang sebagai penyembuh luka.

Dalam bidang kedokteran gigi, banyak dijumpai penyakit jaringan gigi dan mulut. Pada kasus penyakit periodontal seperti periodontitis agresif, banyak diproduksi oleh senyawa toksin di sekitar jaringan. Sehingga menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium dan tulang alveolar penyangga gigi. Hal tersebut ditandai dengan dikeluarkannya signal sel Matrixmetalloproteinase (MMP) yang berkaitan dengan peningkatan koloni bakteri seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans. Tetrasiklin merupakan pilihan yang tepat untuk menghambat aktivitas MMP sebagai antikolagenase selama ini.

Pisang ambon (Musa paradisiaca var.sapientum) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia khususnya daerah yang banyak mendapat sinar matahari. Pada tanaman yang mengandung lektin dengan konsentrasi tinggi dapat digunakan untuk menyembuhkan luka melalui proses koagulasi atau pembentukan bekuan darah. Hasil penelitian pada pemberian galektin-3 yang merupakan golongan lektin menunjukkan bahwa adanya peningkatan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Basic Fibroblast Growth Factor (b-FGF) terhadap renspons angiogenesis.

Sedangkan, pada penelitian sebelumnya menunjukkan bawah pemberian secara topikal getah batang pisang ambon dengan dosis 30 dan 60 mg pada daerah soket menunjukkan peningkatan fibroblas dan osteoblas dengan dikeluarkannya signal sel PDGF-BB, BMP-4 dan BMP-7 pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi tikus. Sebagai langkah pengembangan terhadap kemanfaatannya, maka penelitian ini ingin menunjukkan peran getah batang pisang ambon yang dibuat melalui proses ekstraksi dan dibentuk dalam sediaan gel, terhadap hambatan dikeluarkanya signal protein sel perusak kolagen seperti MMP-2 dan MMP-9 pada penyembuhan luka pencabutan gigi melalui pemeriksaan preparat jaringan dengan teknik imunohistokimia dan histologi.

Metode dan Hasil

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan the post-test only control group design. Unit analisis adalah soket dari gigi insisif kanan bawah tikus yang telah dilakukan pencabutan. Sampel penelitian ini adalah tikus jantan (Rattus novergicus) Strain Wistar, umur 3 bulan, dengan berat badan 200 – 300 gram, sehat yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia FK Universitas Airlangga. Getah dapat diperoleh dalam jumlah banyak dengan cara ekstraksi. Hasil ini kemudian dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan kertas saring Whatman no.1. Filtrat kemudian dikeringkan dengan cara menggunakan freeze dry. Serbuk kering yang diperoleh dari berbagai jenis diatas, kemudian dibuat dalam bentuk gel dengan hydroxypropylmethylcellulose (HPMC) agar kandungan senyawa aktif dengan mudah bisa melekat pada daerah luka dan cepat diabsorbsi, dengan dosis 60 mg dalam 4% HPMC. Hewan dianestesi sesuai berat badan (30 mg/kg thionembutal). Dilakukan tindakan pencabutan pada gigi insisive rahang bawah menggunakan tang cabut khusus, dan gel diaplikasikan pada luka pencabutan serta dijahit dengan menggunakan 5-0 vicryl (Ethicon; Johnson & Johnson do Brasil, São Jose dos Campos, SP, Brazil).

Data pemeriksaan signal sel perusak kolagen MMP-2 dan MMP-9 pada penyembuhan soket hari ke-7 dan 14 dengan metode imunohistokimia, menunjukkan sel berwarna coklat. Jumlah sel yang berwarna coklat dihitung dan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penghitungan signal sel perusak kolagen MMP-2 dan MMP-9 menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan p<0,05 (p=0,00 dan p=0,00). Sehingga hasil uji korelasi menunjukkan adanya korelasi sebesar 0,963, yang artinya terdapat hubungan signifikan antara signal sel perusak kolagen MMP-2 dan MMP-9 terhadap kepadatan kolagen pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi yang diberi gel getah batang pisang ambon.

Penulis: Dr. Hendrik Setia Budi, drg., M.Kes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2019/07/21_D18_730_Hendrik_Setia_Budi_Layout.pdf

Hendrik Setia Budi, Eha Renwi Astuti (2019). The MMP-2, MMP-9 Expression and Collagen Density of the Ambonese Banana Stem Sap Administration on Wound Healing. J Int Dent Med Res 2019; 12(2): 492-497.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).