Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Bersiwak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Masalah kesehatan gigi dan mulut, utamanya karies gigi di Indonesia terbilang masih tinggi. Secara umum, penyebab karies gigi ialah bakteri dan sisa makanan yang masih ada di mulut. Oleh sebab itu diperlukan suatu perilaku sehat untuk menjaga kebersihan rongga mulut.

Salah satu perilaku sehat  yang dapat menjadi alternatif adalah dengan menggunaan siwak. Dalam agama Islam, Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk memelihara kesehatan gigi menggunakan siwak yang digunakan sebagai alat untuk membersihkan rongga mulut. Siwak sendiri berasal dari dahan atau akar pohon Salvadora persica yang umumnya tumbuh di tanah kering bergurun.

Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti kandungan dan manfaat siwak yang telah diuji baik secara mikrobiologis, farkamologis, maupun struktur material. Fakta yang didapat ialah efek siwak dalam membersihkan dan menjaga kesehatan gigi dan mulut lebih baik dibandingkan dengan sikat gigi biasa.

Ilustrasi oleh zlavadna.sk

Namun dari penelitian-penelitian sebelumnya, tidak membahas mengenai perilaku penggunaan  siwak secara mendalam. Penelitian mengenai faktor yang mendorong seseorang untuk berniat dan kemudian menggunakan siwak belum diteliti lebih lanjut.

Berangkat dari keingintahuan tersebut, Dr. Taufan Bramantoro., drg., M.Kes., dan tim terdorong untuk melakukan penelitian mengenai perilaku penggunaan  siwak. Dr. Taufan dan tim  berhasil merampungkan penelitiannya dalam jurnal berjudul “Gambaran Perilaku Pengguna Siwak Berdasarkan Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) di Negara dengan Populasi Muslim Terbesar”.

Penelitian ini dilakukan dengan populasi berasal dari pengguna siwak di Pondok Pesantren As-Salafi Al-Fitrah Surabaya. Sampel yang digunakan berjumlah 109 siswa dengan menggunakan bentuk pertanyaan semi terbuka (semi open ended) dan pertanyaan tertutup (close endid).

Hasilnya, pengguna aktif siwak memiliki frekuensi riwayat sakit gigi lebih kecil daripada pengguna siwak yang tidak aktif. Selain itu, pengguna aktif siwak juga memiliki peluang yang lebih besar melakukan pemeliharaan kesehatan gigi.

Dari penelitian itu pula dapat diketahui bahwa persepsi kontrol perilaku memiliki kaitan paling dominan dalam meningkatkan niat dan perilaku penggunaan siwak. Pengetahuan dan pemahaman keagamaan serta tingkat keimanan juga memiliki peluang untuk meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi.

Hasil penelitian ini kemudian dijadikan dasar untuk melakukan alternatif pendekatan di masyarakat agar bisa berperilaku sehat. Ternyata, menjaga kesehatan gigi dan mulut juga bisa dilakukan melalui pendekatan religius.  Penggunaan siwak diyakini sebagai salah satu sunnah yang diajarkan Rasulullah.

Dr. Taufan berharap, penggunaan siwak bisa menjadi upaya pemeliharaan kesehatan gigi di masyarakat. Penggunaan siwak tentunya memiliki nilai yang berbeda dan lebih kuat dalam mendasari seseorang untuk berniat dan memutuskan berperilaku sehat.

“Perilaku kesehatan gigi dengan menggunakan siwak diyakini secara religius dapat bernilai menjadi suatu bentuk ibadah,” tambahnya.

Perlu diketahui,  Dr. Taufan juga telah mengembangkan sikat siwak yang didesain seperti sikat gigi standar. Sikat siwak tersebut dikembangkan oleh Dr. Taufan untuk mempermudah penggunaan siwak di masyarakat. (*)

Penulis: Sandi Prabowo

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).