Ciptakan Alat Pendeteksi Serangan Jantung, Difa Fanani Ismayanto Sabet Medali Emas di Ajang iMIT SIC 2019

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Difa Fanani (kiri) menerima penghargaan pada ajang iMIT SIC 2019 di Princess of Naradhiwas University, Thailand. (Foto : Istimewa)

UNAIR NEWS –  Difa Fanani Ismayanto, mahasiswa Tekno Biomedik FST UNAIR boleh berbangga diri. Pasalnya, mahasiswa angakatan 2015 tersebut baru saja meraih penghargaan medali emas di acara iMIT SIC 2019 (international Malaysia-Indonesia-Thailand on Symposium Innovative & Creativity 2019) di Princess of Naradhiwas University, Thailand pada (16-18/6/2019) lalu. Hal itu, berkat kesuksesannya menciptakan alat medis pendeteksi serangan jantung (acute myocardial infarction).

“Judul yang saya lombakan di iMIT SIC 2019 adalah “Medical Device Innovation by Integrating Electrocardiograph, Expert System, and Visual Analogue Scale for The Detection of Acute Myocardial Infarction”,” papar Difa Fanani.

Difa Fanani mengatakan alat tersebut berguna medeteksi keluhan gejala nyeri dada yang mengintegrasikan sistem elektrokardiograf (ECG), sistem pakar, dan visual analogue scale. Ia melanjutkan, dewasa ini banyak orang sering merasakan nyeri dada namun mereka tidak terlalu ambil pusing. Kebanyakan dari mereka mengira penyebabnya karena masuk angin, maag, atau sakit biasa. Padahal nyeri dada juga dapat mengindikasikan seseorang terkena serangan jantung.

“Proses kreatif dari alat ini terdapat pada integrasi terhadap 3 sistem, yaitu ECG, sistem pakar, dan VAS yang digunakan untuk mendeteksi dini penyakit serangan jantung,” tandasnya.   

Menurut Difa selama ini alat untuk mendeteksi serangan jantung hanya dibutuhkan alat ECG dan anamnesis dari dokter spesialis jantung. Padahal jumlah dokter spesialis jantung sendiri sangat terbatas, ditambah serangan jantung menjadi satu dari tujuh penyebab tingginya kematian di dunia (WHO,2013).

Alat tersebut juga sudah diciptakan dan diujicobakan di Rumah Sakit dr. Ramelan Surabaya (RSAL). Namun alat itu masih belum dimanfaatkan secara massal karna pihak inovator ingin menambahkan fitur-fitur lain supaya lebih optimal.

Pada akhir, Difa berharap alat yang sudah diciptakan dapat meningkatkan kesadaran pasien mengenai gejala nyeri dada akibat terkena serangan jantung maupun bukan. Difa beranggapan Jika deteksi dapat dilakukan sedini mungkin tentu saja banyak orang yang akan mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat. Tentu hal itu akan berimbas pada penekanan tingginya angka kematian karena penyakit serangan jantung.

Penulis : Tunjung Senja Widuri

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).