Masuk Tahap Akhir, “Pelet Lele Fiesta” Siap jadi Komoditas Unggulan Banyuwangi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PKMM PSDKU
TIM PKMM PSDKU Banyuwangi saat melakukan kegiatan dengan ibu PKK. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) PSDKU UNAIR yang berhasil lolos didanai oleh Ristek Dikti dengan judul “Enterpreneur Pembuatan Mikroflora sebagai Pelet dari Limbah Feses Sapi Kepada Ibu PKK di Singojutrunan”, hampir memasuki tahap akhir program. Kelompok yang diketuai oleh Basmala Launa Dewi (FKH 2018) telah melaksanakan programnya dari bulan April kemarin. Sesuai dengan rencana awal program,  mereka sudah mengadakan sebanyak lima kali pertemuan dengan ibu-ibu PKK di Singojutrunan.


Kepada UNAIR NEWS, mahasiswi yang arab disapa Launa itu menjeaskan, seiring berjalannya waktu, hasil dan luaran dari program tersebut sudah mulai terlihat. Sebut saja pada pertemuan ketiga, ibu-ibu PKK Singojutrunan sudah dapat mengolah dan melakukan sendiri pembuatan pelet lele basah dari  feses sapi.

 “Antusias ibu-ibu PKK sangat tinggi, sehingga kami juga cukup yakin bahwa program ini akan berdampak baik kedepannya,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, pada pertemuan ke empat kami juga telah melaksanakan pelatihan untuk pembuatan pelet lele dalam bentuk pelet kering. Dimana pelet lele kering akan memiliki daya simpan yang lebih lama dibandingkan dengan pelet lele basah.

“Pada 25 April 2019, kami bersama ibu-ibu PKK ikut ambil bagian dalam kegiatan Agro Expo Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan ini merupakan salah satu cara kami untuk memeperkenalkan produk pelet lele dari mikroflora feses sapi, agar semakin dikenal oleh masyarakat terkhusus bagi para peternak lele,” jelasnya.

Untuk pertemuan kelima, lanjutnya, agenda yang terlaksana yaitu pembuatan kader. Harapan Launa dan tim bersama Pembina PKM, yaitu agar kegiatan ini dapat terus istiqomah berlanjut meskipun sudah tidak selalau didampingi oleh mahasiswa kedokteran hewan lagi. Nantinya, setelah kader terbentuk, mahasiwa akan tetap mendampingi minimal satu kali dalam satu bulan.

Pada akhir, ia juga menambahkan bahwa tantangan yang sedang dihadapi yaitu caranya agar produk pelet lele dari mikroflora feses sapi ini mendapatkan hak paten. Sampai sejauh ini pihaknya terus berupaya melengkapi berbagai persyaratan pembuatan hak paten sesuai anjuran dari LPBI UNAIR.

“Sehingga diharapkan program ini menjadi program unggulan di Banyuwangi khususnya di Desa Singojutrunan dan dapat dijadikan sebagai komoditas di Desa Singotrunan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).