Mahasiswa UNAIR Teliti Dampak Kebijakan Cukai dalam Menurunkan Jumlah Pengguna Rokok

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PKMPSH
TIM PKMPSH Kebijakan Cukai saat melakukan analisis. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Negara Indonesia memiliki masyarakat dengan minat pengguna rokok yang tergolong tinggi. Hal itu didukung dengan terus meningkatnya konsumsi rokok dari tahun 2012 sampai dengan 2016. Pada satu sisi, hal ini menimbulkan kekhawatiran, khususnya terkait potensi dampak negatif rokok terhadap kesehatan.

Pemerintah Indonesia berupaya mengurangi tingkat konsumsi rokok masyarakat, dengan cara mengklasifikasikan rokok sebagai barang yang peredarannya perlu dibatasi dengan ketat. Pembatasan tersebut dilakukan dengan mengenakan tarif cukai pada rokok melalui peraturan-peraturan pemerintah. Pada sisi yang lain, peningkatan konsumsi rokok akan meningkatkan penerimaan negara dari cukai rokok.

Melihat hal tersebut, TIM PKMP-PSH Universitas Airlangga yang lolos didanai oleh Ristekdikti meneliti Dampak Kebijakan Cukai Dalam Menurunkan Jumlah Konsumsi Rokok. Tim utu diketuai oleh Andre Pupung Darmawan dari Prodi Ekonomi Islam  dengan 2 anggotanya yaitu Rica Naudita Krisna Setioningrum  dari Prodi Kesehatan Masyarakat dan La Himmah il Princess Choris  dari Prodi Ekonomi Islam di bawah bimbingan dosen Puji Sucia Sukmaningrum,S.E.,CIFP.

“Penelitian itu bertujuan untuk mengukur dan menganalisis dampak kebijakan tarif cukai rokok terhadap penurunan konsumsi rokok. Metode dalam penelitian tersebut, jelasnya, menggunakan dua pendekatan yaitu perpaduan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif,” jelas Andre selaku ketua.

Pada pendekatan kuantitatif, jelasnya, terdapat dua model analisis yang digunakan. Pertama, model Logistik atau Logit, untuk mengestimasi besarnya dampak harga rokok terhadap probabilitas merokok atau tidak. Kedua, model Tobit, digunakan untuk mengestimasi besarnya dampak perubahan harga terhadap besarnya konsumsi rokok.

“Sedangkan pendekatan kualitatif merupakan bentuk “konfirmasi” mengenai temuan kuantitatif dan fakta di lapangan,” tandasnya.

Mengenai hasil penelitian, Andre mengatakan bahwa hasilnya menggunakan data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2017. Dari data tersebut, jelasnya, menunjukan di model Logit bahwa semua variabel independen memiliki tingkat signifikansi dalam membentuk kecenderungan probabilitas/keputusan merokok.

“Hasil estimasi baik di dalam model Logit dan di model Tobit menunjukkan adanya kebijakan cukai (yang mendorong kenaikan harga rokok) tidak mengurangi probabilitas/keputusan merokok maupun konsumsi rokok dalam bentuk batangan dalam nilai yang besar,” jelasnya. “Memang secara statistika pengaruhnya signifikan namun nilai koefisiennya tidak terlalu besar,” imbuhnya.

Hasil estimasi perhitungan secara kuantitatif tersebut, imbuhnya, selanjutnya didalami dengan melihat dan menkonfirmasi pada fakta di lapangan secara kualitatif melalui wawancara kepada masyarakat perokok dan non perokok (sebanyak 50 orang). Hasilnya diketahui perokok memutuskan untuk berhenti merokok bukan disebabkan oleh faktor harga dan kesehatan.

“Bahkan banyak responden menyatakan tidak ingin berhenti merokok meskipun harga naik. Adanya kenaikan harga rokok karena cukai bisa disikapi dengan mengganti rokok lain yang lebih murah,” pungkasnya.

Penulis: TIM PKMPSH Dampak Kebijakan Cukai dalam Menurunkan Jumlah Konsumsi Rokok

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).