Guru Besar FKG, Berbagai Pendekatan Baru Pada Penyakit Periodontal di era 4.0

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PROF. Dr. Ernie Maduratna Setiawatie, drg., M.Kes.,Sp.Perio(K) saat menyampaikan orasi ilmiahnya di depan rektor dan publik. (Foto : Bambang Bes)

UNAIR NEWS – Penyakit periodondal merupakan penyakit yang menyebabkan inflamasi pada jaringan penyangga gigi seperti gusi, tulang dan struktur lain terkait gigi. Sehingga dapat menimbulkan kerusakan yang bersifat progresif.

Pada pengukuhan guru besar Universitas Airlangga (UNAIR) pada Sabtu (22/6/2019), PROF. Dr. Ernie Maduratna Setiawatie, drg., M.Kes.,Sp.Perio(K), guru besar aktif fakultas kedokteran gigi (FKG) UNAIR ke-20 menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara penyakit periodontia dengan penyakit sistemik. Sebagai contoh adalah hubungan antara penyakit periodonsia dengan penyakit stroke, diabetes mellitus, jantung, pembuluh darah, alzheimer dan lain sebagainya.

“Penyakit periodontal dapat dicegah dan dalam banyak kasus dan dapat diobati dengan mudah, maka perlu disosialisasikan upaya pencegahan penyakit periodontal pada seluruh masyarakat Indonesia sehingga dapat menurunkan faktor resiko terjadinya penyakit sistemik,” jelas guru besar yang akrab disapa Prof. Ernie tersebut.

Menurut Prof. Ernie, di era revolusi industry 4.0, teknologi dapat diterapkan di bidang ilmu penyakit periodontal dengan mengeksplorasi potensi telemedicine. Yaitu suatu pemantauan dan pengobatan pasien jarak jauh melalui sensor yang tersambung ke internet.

Diharapkan bahwa teknologi telemedicine akan sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit periodontitis  kronis yang dihubungkan dengan penyakit sistemik. Dengan kemajuan teknologi, kedepannya dapat dimungkinkan periodontist dapat menerima cek-up medis rujukan dari dokter gigi di lokasi terpencil.

Saat ini, bidang periodontal medicine FKG UNAIR bekerjasama dengan fakultas sains dan teknologi (FST) UNAIR bidang bioteknologi sedang mengembangkan aplikasi e-nose untuk deteksi dini bakteri periopaptogen (salah satu bakteri penyebab penyakit periodontal, red) dan membuat dentolaser untuk membatasi penggunaan antibiotik dibidang periodontal.

“Kedepan dibidang pencetakan 3 dimensi direncanakan membuat desain personal dental implant dengan bantuan digital implantology,” ucap Prof. Ernie.

Prof. Ernie menjelaskan, pendekatan baru pada bidang penyakit periodontal di era 4.0 menampilkan pengguaan software digital dentistry yang ditujukan untuk deteksi dini dan perawatan penyakit periodontal secara cepat dan tepat. Kemudian, untuk mengidentifikasi dan deteksi dini pasien periodontal khususnya kelompok berisiko tinggi. Serta untuk mengembangkan terapi minimal invasive dengan genomic medicine.

Konsep tersebut kemudian dapat mengubah layanan terapi penyakit periodontal menuju Personalized Periodontal Medicine yang memberikan peluang bagi perawatan penyakit periodontal di abad ke-21. Dalam model itu, pengujian diagnostik yang tepat dilakukan untuk memilih terapi yang tepat dan optimal berdasarkan konteks konten genetik pasien atau analisis epidemiologis, sosiologis, molekuler, fisiologis, atau seluler lainnya. 

“Dengan  pendekatan terapi Personalized Periodontal Medicine yang komprehensif dan holistik tersebut dapat menjadi strategi pengobatan baru di bidang Periodontal,” pungkas Prof. Ernie.

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).