Kolaborasi dengan UGM, IPB, dan ITB, UNAIR Bikin Scanner Kanker Servik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Kanker Servik merupakan penyakit yang banyak penderitanya dan beberapa tahun terakhir menjadi penyakit yang sangat diperhatikan. Pemerintahan telah menganjurkan untuk rajin melakukan tes pap smear pada semua perempuan Indonesia secara rutin. Dengan memiliki gambaran yang kompleks dokter membutuhkan scanner yang dapat mendeteksi sekaligus mengidentifikasi.

Oleh karena itu, dosen Universitas Airlangga Dr. Riries R,ST. MT. bersama tim (Winarno, S.Si, M.T., Osmalina Nur Rahma, S.T, M.Si., Anny Setijo R, dr., SpPA (K) Departmen Patologi Anatomik, FK UNAIR yang berafiliasi di SMF RSUD Dr Soetomo, Laboratorium Patologi Anatomik RS Universitas Airlangga dan Etty Hary Kusumastuti, dr. SpPA(K), FIAC,) berkolaborasi dengan Dr.Eng.Kuwat Triyana (UGM) , Prof.Andriyan Bayu S, Ph.D (ITB) dan Dr. Imas Sukaesih, M.Kom (IPB) membuat suatu inovasi yaitu Digital Pathology Virtual Microscope (DPVM) untuk skrining citra pap smear kanker serviks. Penelitian tersebut akan menghasilkan alat berupa hardware dan software. Tidak hanya untuk membantu mendeteksi pasien tetapi juga untuk alat  pembelajaran dokter muda.

“Alatnya sudah ada mikroskop portable tapi di improve lebih spesifik untuk kanker servik,” jelas dosen Fisika UNAIR tersebut.

Penelitian yang memanfaatkan engineering dan image processing itu akan menampilkan hasil akhir keseluruhan gambar dengan dapat menampilkan secara detail saat diperbesar. Adapun penelitian tersebut tidak hanya sebagai scanning dan identifikasi tetapi juga sebagai data repository. Dengan adanya data repository bisa sebagai digital record riwayat kesehatan pasien dan bisa memberikan pelayanan terbaik untuk pasien.

“Nanti juga bisa data repository, selama ini data preparat disimpan saja nanti berjamur sewaktu-waktu data tersebut diminta dinkes (dinas kesehatan, Red),” terangnya

Penelitian yang masih berjalan tersebut, menurut bu Riries selaku ketua tim mengharapkan dapat bermanfaat terutama pada faskes kesehatan yang rendah untuk bisa mengakses. Dengan itu, faskes rendah seperti puskesmas dapat mengkonsultasikan dengan dokter yang di pusat dengan konsep IoT (Internet Of Thinking, red).

“Faskes-faskes rendah bisa mengakses, nanti dikirim ke dokter yang di pusat nanti bisa melalui telpon atau internet,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) adalah program dikti yang bertujuan untuk mendorong para dosen di seluruh Indonesia melakukan publikasi demi mencapai World Class University. Penelitian tersebut merupakan gelombang pertama yang diikuti dari empat universitas yakni; UNAIR, ITB, IPB dan UGM.

Penulis: Asthesia Dhea Cantika

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).