Melalui Sinyal Suara Usus, Mahasiswa UNAIR Ciptakan Alat Deteksi Dini Obstruksi Usus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PKM-KC
TIM QUINCE saat melakukan uji coba alat pendetiksi obstruksi usus. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Obstruksi usus menjadi penyakit yang sering dijumpai di Indonesia. Menurut data WHO dari 162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif  tanpa hernia yang melakukan rawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan (Departemen Kesehatan RI, 2010). Bahkan obstruksi usus yag terjadi pada balita menempati peringkat 6 dari 10 penyebab kematian pada anak usia 1 – 4 tahun.

Tingginya angka penderita menginspirasi Ainur Dwiki Setyawan, Ainun Najah, Muhammad Zaki Irfani, mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya, untuk menciptakan alternatif solusi dalam permasalahan tersebut.  Ainur sebagai ketua menjelaskan bahwa obstruksi usus merupakan gangguan saluran cerna yang disebabkan karena adanya sumbatan di dalam usus.

“Sumbatan di dalam usus dapat menyebabkan penumpukan cairan dan gas yang akan menimbulkan tekanan pada usus. Bila tekanan makin besar, usus dapat robek dan mengeluarkan isi usus ke rongga perut. Pada bagian sumbatan usus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi serius,” jelasnya.

Selama ini, lanjutnya, pemeriksaan untuk diagnosa obstruksi menggunakan metode radiografi seperti halnya CT-Scan dan Rontgen. Paparan sinar radiografi dari metode pemeriksaan tersebut menimbulkan efek samping yang buruk bagi kesehatan pasien, adanya sinar yang menumpuk dengan dosis yang tinggi memicu timbulnya kanker. Pemeriksaan obstruksi usus  dapat pula dilakukan dengan metode yang lebih aman, yaitu auskultasi dengan stetoskop. Namun, jika didengarkan secara manual suara usus kadang terdengar samar atau tidak dapat dideteksi.

“Untuk itu kami menggagas sebuah inovasi yang menggabungkan antara stetoskop yang mampu menyadap suara usus dan akan diolah dengan metode short-time fourier transform (STFT) kemudian diintegrasikan dengan sebuah kecerdasan buatan berbasis jaringan saraf tiruan sebagai pengambil keputusan yang dapat mendeteksi dini penyakit obstruksi usus,” tambah Ainur.

Ketiga mahasiswa jurusan Teknik Biomedis yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) yang telah berhasil memperoleh dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam PKM 2019. Di bawah bimbingan dosen Franky Chandra S,A, S.T, M.T membuat prototipe alat yang diberi nama “QUINCE” (Quick Analysis Intenstine Mobile Device) diprogram pada sebuah mini-PC yang sudah terhubung dengan stetoskop yang memiliki desain minimalis sehingga dapat digunakan dengan mudah. Dimana saja dan kapan saja untuk memberikan informasi dini terkait diteksi  obstruksi usus yang tidak menimbulkan efek samping.

“Harapan kami dengan adanya alat ini dapat membantu kerja dokter dalam mendiagnosa obstruksi usus secara cepat dan tepat. Alat ini dirancang secara portable dengan bahasa yang mudah difahami dapat digunakan semua kalangan, dapat digunakan dimana saja, berulang kali sehingga lebih efisien dan lebih terjangkau. Selain itu, harapan kami dengan adanya alat ini penderita dapat mengetahui penyakitnya dengan cepat sebelum penyakit menjadi lebih parah,” pungkasnya.

Penulis: TIM PKM QUINCE

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).