Saling Menghargai Jadi Salah Satu Kunci Problem Gender

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
ELNI Nainggolan (tengah) dan Fatimah Azzahra (kiri) pemateri Diskusi Galeri Keperempuanan dengan tema Perempuan dan Hijab pada kamis (23/5/2019) yang bertempat di taman demokrasi FISIP UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Sekarang telah banyak permasalahan kesetaraan gender, baik di lingkungan masyarakat bahkan mungkin di lingkungan akademisi. Bukan hanya tentang kesetaraan gender, tapi juga kekerasan terhadap perempuan, baik secara verbal, maupun visual.

Karena itu, diperlukan wadah dalam memberikan edukasi tentang kekerasan perempuan dan semacamnya. Juga perlu disediakan wadah berdiskusi tentang perempuan. Kementerian PSDM Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (FISIP UNAIR) mengadakan Diskusi Galeri Keperempuanan yang bertema ”Perempuan dan Hijab” pada kamis (23/5/2019) di Taman Demokrasi FISIP UNAIR.

Bertepatan dengan bulan Ramadhan, tema tersebut sesuai untuk dibahas. Mengingat, faktanya, banyak perempuan yang menjadi korban kekerasan. Bukan hanya yang tak berjilbab, tapi perempuan berjilbab tidak luput dari kekerasan.

Dalam diskusi kali ini, Elni Nainggolan selaku salah seorang pemateri menyampaikan bahwa permasalahan saling men-judge bukan hanya terjadi pada perempuan dan laki-laki, tapi juga sesama perempuan. Karena itu, perempuan dan laki-laki, juga sesama perempuan, diharapkan saling menghargai tanpa membedakan satu sama lain.

”Saling menghargai itu penting dan kurangi budaya judge,” ujar mahasiswa antropologi tersebut.

Adapun masalah lain, yaitu permasalahan stigma tentang perempuan tak berjilbab di Indonesia yang dipandang rendah oleh masyarakat. Masyarakat menganggap perempuan berjilbab lebih baik dan memiliki derajat tinggi.

Itu tidak semuanya benar, menurut Fatimah Azzahra selaku pemateri yang lain, Islam mewajibkan perempuan menutup aurat. Untuk perilaku adalah hal yang berbeda tidak dapat digambarkan hanya dengan berjilbab.

Bukan hanya itu, Fatimah menyebut permasalahan perempuan, baik yang berjilbab maupun tidak, sama. Yakni, masih mendapatkan kekerasan atau pelecahan seksual. Itu tidak dapat dipandang tidak semata-mata kesalahan perempuan. Tapi, bagi Fatimah, laki-laki harus menundukan kepala terlebih dahulu.

”Sudah diterangkan dalam Al-Qur’an bahwa tundukan kepalamu, lalu tutuplah auratmu. Jadi, sebelum menyalahkan perempuan seharusnya laki-laki juga harus sadar,” ujar mahasiswa kedokteran hewan itu.

Pada akhirnya, dalam kehidupan di zaman ini, tidak boleh ada patriarki. Mesti semua pihak saling control ego dan nafsunya untuk tidak men-judge sesama. Sebaiknya belajar dulu baru suarakan.

”Biarlah perempuan bergerak bebas walau tanpa dan dengan jilbab sesuai batasan yang ada,” katanya. (*)

Penulis:  Asthesia Dhea C.

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).