Rawat Ingatan Reformasi, BEM FISIP Gelar Acara Bertajuk Nostalgia Mei Kelabu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Para pemantik talkshow Nostalgia Mei Kelabu, di Aula Soetandyo, Gedung C FISIP UNAIR, pada Selasa (21/05/2019). (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Pergantian sistem dari era Orde Baru ke Reformasi yang jatuh pada pertengahan tahun 1998 tepatnya dibulan Mei merupakan momentum besar dalam catatan sejarah Indonesia. Sebagai peristiwa penting, Reformasi ikut andil dalam perubahan tatanan negara yang dampaknya dapat dirasakan hingga sekarang.

Menyikapi hal tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar serangkaian kegiatan yang dikemas dengan judul “Nostalgia Mei Kelabu”. Adapun acara tersebut digagas oleh Kementerian Politik dan Strategi (Polstrat) yang selalu diadakan disetiap tahun sebagai peringatan acara momental.

Elni Nainggolan selaku Menteri Polstrat BEM FISIP UNAIR menjelaskan pentingnya merawat ingatan Reformasi agar tidak hanya menjadi sebatas kenangan, akan tetapi dapat menjadikan sebuah pembelajaran. Acara tersebut diselenggarakan pada Selasa (21/05/2019) di Aula Soentandyo, Gedung C FISIP UNAIR, dan dilanjut pada malam harinya di taman belakang FISIP UNAIR.

“Acara ini kami adakan dengan tiga konsep rangkaian kegiatan, di antaranya, galang dana, talkshow interaktif, dan dilanjutkan dengan penampilan puisi teatrikal,” ujarnya.

Pemantik talkshow yang hadir di antaranya Utomo selaku orang tua aktivis ‘98 yang hilang, Dr. Siti Aminah MA. dosen FISIP UNAIR, Fatkhul Khoir dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, Luhur Kayungga selaku Sekjend Dewan Kesenian Surabaya (DKS), dan Rizal Poetra sebagai aktivis Risalah Pena Merah.

Sementara itu, untuk galang dana yang dilakukan di FISIP UNAIR pada siang harinya, terkumpul sebesar lima ratus ribu rupiah. Hasil galang dana itu akan disumbangkan kepada keluarga dari Bimo Petrus, aktivis yang hilang pada tragedi ’98, melalui Utomo selaku orang tua dari Bimo Petrus.

“Sebenarnya bukan tentang seberapa besar hasil dari galang dana yang terkumpul, akan tetapi yang terpenting adalah partisipasi dari semua warga FISIP yang telah memberikan sumbangan solidaritasnya,” ungkap Elni.

Acara juga turut dimeriahkan oleh penampilan seni dari mahasiswa dan seniman asli Surabaya. Di antaranya, PUSKA FISIP UNAIR yang membawakan drama puisi teatrikal tentang tragedi ’98, serta Pakde Mahdi pantomim yang menampilkan puisi rakyat dan pantomim khasnya yang berada di atas becak. (*)

Penulis: Wildan Ibrahimsyah

Editor: Binti Q. Masuroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).