Dosen FISIP UNAIR Tanggapi Meninggalnya Petugas KPPS

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ucu Martanto dosen ilmu politik FISIP UNAIR memberikan materi pada diskusi publik tragedi 500 KPPS. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Tragedi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara KPPS yang meninggal dunia menjadi topik yang ramai diperbincangkan belakangan ini. Peristiwa ini mengejutkan khalayak ramai. Pesta demokrasi yang seharusnya membawa perubahan ternyata turut memakan korban. Sebanyak 527 orang petugas KPPS meninggal dunia di tengah masa tugasnya.

Turut hadir pada diskusi publik yang diadakan oleh BEM Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (22-05-2019), Ucu Martanto S.IP., MA. Dosen ilmu politik FISIP UNAIR itu memaparkan pandangannya dari segi politik terkait tragedi KPPS yang meninggal dunia.

Menurut Ucu, segala hal terkait pemilu dan petugas yang terkait sejatinya sudah diatur dalam Undang-Undang. Namun menurutnya, peraturan yang ada tidak cukup untuk mengantisipasi dampak eksternal yang muncul. Dampak eksternal ini muncul karena proses pemungutan dan penghitungan suara yang cukup panjang.

“Selain itu, salah satu penyebab lainnya adalah kurangnya minat generasi muda untuk membantu menyukseskan pemilu. Jika kita perhatikan, petugas yang membantu pada pemilu tahun ini kebanyakan sudah berusia lanjut,” ujar Ucu.

Petugas KPPS yang berusia lanjut kebanyakan memiliki kualitas kesehatan yang kurang baik. Namun, mereka tetap dipekerjakan karena tidak ada anak muda yang turun untuk membantu. Ucu berharap, Komisi Pemilihan Umum (KPU) bisa menyikapi hal ini dengan lebih menggalakkan sosialisasi.

“Solusinya mungkin bisa diadakan sosialisasi, sehingga lebih banyak anak muda, khususnya mahasiswa yang tergugah untuk turut berperan aktif dalam penyelenggaraan pemilu,” terang Ucu.

Selain kurangnya peran generasi muda, cek kesehatan yang kurang mumpuni juga turut menjadi salah satu faktor penting di balik tragedi ini. Cek kesehatan penting dilakukan untuk menjamin bahwa tenaga yang bertugas mampu secara jasmani dan rohani. Sayangnya, di berbagai daerah, masih banyak KPPS yang lolos seleksi tanpa cek kesehatan mumpuni.

“Karena pendaftar kebanyakan sudah berusia lanjut, maka jumlahnya pasti akan menciut jika diadakan cek kesehatan. Karena itulah, masih banyak pendaftar yang lolos tanpa melewati cek kesehatan yang memadai,” tegas Ucu.

Ucu berharap, mahasiswa bisa lebih aktif dalam menyukseskan pemilu, terlebih di tengah tensi politik yang sedang memanas akhir-akhir ini. Dengan meningkatnya peran generasi muda, harapannya, tragedi ini tidak akan terulang kembali.

Sebagai informasi, telah diadakan diskusi publik terkait tragedi 500 lebih KPPS di ruang anatomi FK UNAIR. Acara ini menghadirkan nara sumber dari bidang politik dan kesehatan. Selain itu, BEM UNAIR juga merilis pernyataan sikap terkait masalah tersebut. BEM UNAIR menuntut KPU untuk membenahi sistem dan mengusut kasus ini. (*)

Penulis : Sukma Cindra Pratiwi

Editor : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).