Mahasiswa Psikologi UNAIR Adakan Pengmas di Gundih untuk Bantu Cegah KDRT

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
MAHASISWA Psikologi UNAIR berbagi tips cegah KDRT di Kelurahan Gundih Surabaya. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar pengabdian masyarakat (pengmas) di Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya. Uniknya, pengmas itu dikemas dengan nama “Psikologi UNAIR Tanggap Hapuskan Kekerasan pada Anak dan Perempuan” (PUTUSKAN). PUTUSKAN berlangsung pada Minggu (19/5/2019).

Pengmas ini berfokus pada pemberian edukasi mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada warga Gundih. Pengmas ini merupakan implementasi dari mata kuliah psikologi forensik.

Salah satu perwakilan tim pengmas FPsi, Siti Rochma, menjelaskan bahwa sasaran pengmas adalah ibu dan anak.  Jumlah partisipan yang mengikuti pengmas masing-masing berjumlah 25 orang dan 40 orang.

Masyarakat Gundih yang hadir pada acara ini berjumlah 65 orang dengan 25 ibu-ibu dan 40 anak-anak. Masyarakat Gundih merasa senang dengan kegiatan yang diadakan oleh tim pengmas FPsi. Hal ini karena pemberian materi tentang KDRT dirasa sangat bermanfaat untuk ibu-ibu di Gundih, terutama ibu-ibu muda.

Tujuan pengmas ini selain mengenalkan dasar-dasar tentang KDRT, juga berusaha mendorong ibu-ibu peka jika dirinya atau orang lain mengalami kekerasan. Tujuan lainnya, dapat menerapkan tagline pengmas PUTUSKAN, yaitu “Keluarga Sehat, Keluarga Berdaya, Keluarga Anti Kekerasan”.

“Program untuk ibu-ibu adalah pemberian materi mengenai dasar-dasar KDRT. Mulai definisi, jenis, dasar hukum, dampak KDRT, dan cara mencegah KDRT,” ungkap Siro, sapaan karib Siti Rochma. “Harapannya, ibu-ibu bisa mengetahui adanya KDRT di sekitar atau jika menjadi korban KDRT,” tambahnya.

KECERIAAN ibu dan anak Kelurahan Gundih saat acara pengmas PUTUSKAN. (Foto: Istimewa)

Tidak hanya ibu-ibu, tujuan pengmas untuk anak-anak adalah mengenalkan otoritas tubuh mereka sehingga mereka dapat melindungi diri. Perlindungan diri tersebut mendorong untuk berani bertindak dalam menjaga tubuh mereka dari orang lain, terutama jika hal yang tidak diinginkan terjadi.

“Anak-anak mengikuti kegiatan dengan tahu bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain,” ucap Siro.

Pemberian materi pada anak-anak lebih kepada bernyanyi bersama tentang bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain. Selain itu, diajarkan cara menghadapi orang tak dikenal yang akan menyentuh bagian tubuh yang dilarang. Cara yang diajarkan berupa katakan stop, lari, dan bicarakan ke orang dewasa yang dipercaya.

Anak-anak dibagi dalam dua kelompok besar. Kemudian, masing-masing diberi tugas mewarnai dan menempel stiker untuk menandai bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain.

Kegiatan mewarnai diperuntukkan bagi anak-anak PAUD sampai kelas 2 SD. Tidak hanya mewarnai, kegiatan lain yaitu membuat poster sekreatif mungkin lalu dipresentasikan untuk siswa kelas 3 SD ke atas. (*)

Penulis: Aditya Novrian

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).