Dua Mahasiswa UNAIR Raih Juara di Ajang Semarak Esai Nasional 2019

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Venri Novryantoro (kanan) dan Mohammad Wahyu Syafi’ul Mubarok (kiri) meraih juara kedua dan ketiga Semarak Esai Nasional 2019 (Foto : Istimewa)

UNAIR NEWS – Kabar membanggakan kembali menyapa sivitas akademika Universitas Airlangga (UNAIR). Adalah Venri Novryantoro dan Mohammad Wahyu Syafi’ul Mubarok, dua mahasiswa yang sukses meraih posisi juara kedua dan ketiga pada ajang Semarak Esai Nasional 2019, Minggu (4/5/2019). Keduanya berhasil memboyong piala kejuaraan penulisan ilmiah yang digelar di Universitas Swadaya Gunung Jati.

Venri, atau yang akrab disapa Veven mengatakan bahwa esai yang ditulisnya mengangkat permasalahan ketepatan deteksi birahi pada peternakan sapi. Dirinya mengusulkan gagasan berbasis teknologi untuk memonitoring masa birahi sapi guna meningkatkan kebuntingan dan produksi anak sapi.

Sebab selama ini, lanjutnya, kegagalan dalam mendeteksi estrus atau birahi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan masalah reproduksi dan rendahnya angka kebuntingan pada kelompok ternak sapi perah dan sapi potong hingga lima puluh persen. Veven kemudian mencoba mengembangkan desain teknologi yang ia namai A Triple-Helix Systems of Tail Bracelet-chip Transponder (TRIPLE TRACT).

“TRIPLE TRACT merupakan teknologi perpaduan benda fisik dan teknologi digital yang tersinkronisasi oleh Internet of Things dan perangkat Operating Systems,” ujarnya.

Pola fleksibilitas produksi peternakan rakyat yang teratur berimbas pada meningkatnya populasi sapi potong maupun sapi perah di Indonesia. Jadi, akhir dari dientaskannya masalah ketidaktepatan deteksi birahi pada sapi adalah terwujudnya swasembada daging nasional,” tambah mahasiswa pendidikan dokter hewan 2016 tersebut.

Sebagai mahasiswa FKH sekaligus calon dokter hewan, Veven merasa berkewajiban untuk terlibat dalam menentukan arah masa depan bangsa. Dirinya berharap temuannya itu mampu diimplementasikan supaya Indonesia tak lagi bergantung pada impor daging sapi atau sapi indukan dari negara lain. Berkat gagasan cemerlang tersebut, esainya berhasil memperoleh juara II.

“Sebenarnya dinyatakan masuk 10 besar presentasi esai itu sebuah kebahagian bagi saya, karena saya akan bertemu teman-teman dari berbagai universitas dan mendapatkan ilmu baru. Menjadi juara ini adalah bonus dari sekian banyak jerih payah saya,” ungkap Veven.

Sementara itu, esai milik Wahyu mengangkat tentang potensi pemanfaatan lampu ruangan sebagai sumber energi listrik untuk mengisi baterai smartphone menggunakan DSSC (Dye-Sensitized Solar Cell) atau sel surya organik. Mahasiswa Berprestasi Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR 2018 tersebut mengaku tak menyangka jika dirinya akan masuk dalam nominasi juara.

“Karena awalnya saya waiting list, soalnya ngerjain esainya H-3 jam penutupan. Tiba-tiba dihubungi sama panitia, menggantikan peserta yang mundur,” kata Wahyu.

“Alhamdulillah, walaupun waiting list tapi tetap masuk tiga besar. Manusia itu babnya berusaha, sementara hasil itu babnya Allah. Jadi, terus mencoba sampai kegagalan itu gagal mematahkan mimpi kita,” tuturnya

Tak hanya sama-sama mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi, Veven dan Wahyu sebelumnya juga pernah bergabung sebagai aktivis Ekspedisi Nusantara Jaya 2017. Dua teman karib tersebut kini kembali dipertemukan dalam ajang lomba yang sama dan berhasil mencetak prestasi membanggakan untuk almamaternya. (*)

Penulis : Zanna Afia Deswari

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).