Tekuni KTI Sejak SMA Antarkan Alvin Wakili Indonesia di Ajang Internasional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS Banyak orang ingin belajar di kampus terbaik dan menjadi pribadi yang berprestasi. Begitu pula Alvin Robiantoro Priadi Mahasiswa Fakultas Vokasi (FV) UNAIR yang berhasil mewujudkan mimpinya mewakili UNAIR dan Indonesia pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Internasional, tepatnya di Malaysia.

Keseriusannya menekuni bidang Karya Tulis Ilmiah (KTI) sejak duduk di bangku SMA membuahkan hasil. Capaian Alvin berhasil mengikuti LKTI tingkat Internasional tersebut berawal dari sebuah mimpi.

”Saya punya resolusi, minimal ikut LKTI tingkat Internasional. Dan, alhamdulillah besok tanggal 1–7 Mei, saya di Kuala Lumpur membawa nama baik bangsa dan almamater di bidang LKTI,” paparannya saat wawancara kemarin Rbu (1/5/2019).

Sebelumnya, pada 2018, dia berhasil menjadi juara I pada Olimpiade Vokasi Indonesia (Olivia) di bidang KTI. Bukan hanya itu, Alvin juga merupakan juara II mawapres (mahasiswa berprestasi) Fakultas Vokasi UNAIR.

Alvin memang dikenal sebagai mahasiswa yang memiliki segudang prestasi, bahkan beberapa karyanya berhasil dibukukan. Salah satu karyanya itu adalah NANO KINONE, buku mengenai inovasi nano partikel untuk penyakit kanker payudara.

Selain berprestasi di bidang akademik, mahasiswa kelahiran Banyuwangi itu juga aktif di banyak organisasi kampus. Di antaranya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tahfidzul Qur’an, Mahasiswa Masjid, Organisasi Dakwah Serambi Hijrah, serta Himpunan Mahasiswa (Hima) D3 Teknologi Laboratorium Medis.

Alvin juga menjadi bagian dari komunitas Pita Tosca (Pemerhati Kanker Tiroid). Selain itu, ia bekerja sebagai tentor Fisika di sebuah lembaga bimbingan belajar.

”Dulu saya ke sini tidak punya apa-apa, sekarang saya bisa beli sepeda motor sendiri dari hasil ngajar,” katanya.

Meski begitu, mahasiswa program studi D3 Teknologi Laboratorium Medis tersebut merupakan mahasiswa penerima bidikmisi selama berkuliah di UNAIR. ”Saya juga merupakan salah satu penerima bidikmisi susulan selama kuliah ini,” ucapnya.

Terlahir sebagai putra seorang nelayan bukanlah alasan bagi Alvin untuk tidak melanjutkan ke jenjang kuliah dan berkarya. Ia juga tidak merasa malu atau berbeda dengan mahasiswa lainnya karena menerima beasiswa bidikmisi.

Menjadi mahasiswa penerima bidikmisi justru merupakan pemicu semangat kuliah Alvin. Ia selalu merasa bahwa dirinya adalah harapan untuk bangsa.

”Ketika di pundak kita terpatri bidikmisi, secara tidak langsung saat kuliah kita terngiang orang-orang yang kesehariannya sebagai tukang becak, kuli bangunan, dan pemecah batu. Yang mana bidikmisi diperoleh dari pajak mereka,” ungkapnya. (*)

 

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).