Perjuangan Jawara Silat FKM UNAIR Dalam Melanjutkan Perkuliahan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
ULFA Lailatus Sa’adah di Festival Nasional Pencak Silat Seni tingkat Nasional di Museum Negeri Provinsi Banten. (Foto : Istimewa)

UNAIR NEWS – Ulfa Lailatus Sa’adah, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) angkatan 2017 yang kerap disapa Ulfa merupakan mahasiswa peraih bidikmisi dengan berbagai prestasi di dunia seni silat. Setidaknya, terdapat dua kejuaraan yang berhasil dia taklukan dalam satu tahun terakhir.

Pada kejuaraan daerah pencah silat piala gubernur VIII Jawa Timur tingkat provinsi, Ulfa berhasil meraih juara satu kategori tunggal putri dewasa. Sementara pada Festival Nasional Pencak Silat Seni tingkat Nasional yang digelar di Museum Negeri Provinsi Banten, Ulfa berhasil meraih juara satu kategori Regu tradisional dewasa.

“Prestasi  yang paling menonjol untuk sementara ini yaitu bisa meraih juara satu kategori Regu Tradisional di kejuaraan pencak silat nasional seni yang bertempatan di Banten 2018 kemarin,” ucap Ulfa.

Tidak hanya bergelut di dunia seni silat, Ulfa juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan dan organisasi kampus. Salah satunya adalah Garuda Sakti.

Meskipun aktif dan meraih cukup banyak prestasi, perjuangan Ulfa untuk terus bisa melanjutkan kuliah tidaklah mudah. Lahir di keluarga yang terbilang tidak mampu dalam ekonomi, dan ibu yang bekerja seorang diri membuat Ulfa sangat bersyukur karena telah mendapatkan bantuan bidikmisi.

“Mengurus semua persyaratan pengajuan bidikmisi yang sangat banyak seorang diri itu tidak mudah. Dan jika saat itu saya menyerah, mungkin saya tidak bisa merasakan kuliah seperti sekarang ini,” pungkasnya.

Bidikmisi memang membantu Ulfa untuk bisa terus melanjutkan kuliah. Namun dirinya tetap harus pintar dalam mengelola keuangan disebabkan kiriman uang dari orang tua tidak pernah rutin setiap bulannya.

“Ibu saya hanya mengirim uang ketika lagi punya. Kalau pas nggak punya, ya udah nggak dikasih,” ucap Ulfa.

Untuk mengelola uang bidikmisi tersebut, Ulfa menggunakan salah satu strategi yakni dengan membayar uang kos terlebih dahulu. Baru kemudian sisanya diambil setiap bulan.

Sehingga Ulfa harus menghitung terlebih dulu perkiraan pengeluaran per bulan. Harus disesuaikan karena kiriman orang tua yang belum pasti.

“Jadi misal sebulan pengeluaran untuk makan tiga ratus ribu rupiah, jadi bagaimana caranya itu harus cukup. Kalau ingin makan enak, berarti besok harus puasa,” jelas Ulfa.

Mungkin permasalahan ekonomi seperti uang sudah menipis namun masa pencairan dana bidikmisi masih lama dan orang tua yang tidak pasti mengirim uang menjadi salah satu duka bagi Ulfa. Namun, Ulfa mengaku lebih banyak suka dari pada duka yang ia alami selama menjalani perkuliahan.

“Suka dukanya Alhamdulillah lebih banyak sukanya. Sangat bersyukur karena saya bisa kuliah berkat bidikmisi,” tambahnya. (*)

 

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).