“Abdi Isun Lare Bidikmisi” Ajak Orang Tua untuk Lebih Peduli

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Suasana Sosialisasi Pendidikan dalam serangkaian acara “Abdi Isun Lare Bidikmisi”. (Foto: Istimewa)
Suasana Sosialisasi Pendidikan dalam serangkaian acara “Abdi Isun Lare Bidikmisi”. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Satu lagi kegiatan yang menarik dari kegitan “Abdi Isun Lare Bidikmisi” AUBMO PSDKU Banyuwangi. Ialah edukasi terhadap pentingnya peran orang tua. Kegiatan yang masih menjadi rangkaian itu bermula dari adanya rasa peduli terhadap masalah yang cukup kompleks di Dusun Kunir, Desa Singojuruh terutama dalam perihal pendidikan.

Dusun yang bisa dikatakan cukup terpencil dan tertinggal itu, memiliki sebuah sekolah dasar yaitu SDN 05 Singojuruh yang terletak di wilayah RT 06 dan 07. Sekolah tersebut hanya memiliki 24 orang murid dari kelas satu hingga kelas enam. Hal itu, membuat mahasiswa bidikmisi PSDKU Banyuwangi terpanggil lagi untuk terus membangun semangat pendidikan anak-anak disana.

Namun ada hal yang lebih mengkhawatirkan, ialah sedikitnya anak-anak yang mampu meneruskan sekolah hingga ke jenjang selanjutnya. Setelah lulus SD banyak dari anak-anak mengikuti jejak orang tua untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mengenai hal itu, tim “Abdi Isun Lare Bidikmisi” menggelar sosialisasi pendidikan mengenai “Pentingnya Pendidikan dan Peran Orang Tua Bagi Anak-anaknya”. Kegiatan itu menghadirkan Surya Martha Kusuma (John Tata), selaku salah satu tokoh berpengaruh dari Rumah Literasi Banyuwangi. Diawal pembicaraan-John Tata menjelaskan mengenai peran sekolah menjadi sesuatu hal yang penting.

“Sekolah adalah tempat untuk mengumpulkan seseorang untuk belajar berbagai pelajaran yang sama, sehingga berkeinginan menjadi pintar. Sekolah penting karena untuk masa depan, mendapatkan ilmu, menggapai cita-cita, dan agar tidak di bodohi,” paparnya.

John tata juga menceritakan perihal kepandaian masing-masing anak melalui metode penyampaian berupa dongeng mengenai harimau, monyet, kancil, ikan, temu, semut. Di dalam cerita tersebut, digambarkan bahwa setiap hewan mampu memenangkan setiap kompetisi dengan masing-masing keahliannya.

“Sehingga, pintar adalah tentang bisa. Kalau bisa berarti pandai, tapi kalau tidak bisa bukan berarti bodoh. Karena setiap anak itu dilahirkan spesial, mereka punya keunikan dan keahliannya masing-masing,” ungkapnya.

Sebagai orangtua, lanjutnya, sudah sepatutnya mendukung anak-anak dengan memberikan mereka motivasi berupa apresiasi terhadap hal apapun yang mereka lakukan dan tidak selalu men-judge ketika hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang orangtua mau.

“Apapun hal yang dilakukan oleh orangtua pasti akan di ikuti oleh anaknya. Kalau anaknya ingin baik, maka orangtua juga harus baik,” tutupnya. (*)

Penulis: Athiya Adibatul Wasi

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).