UNAIR Benahi Kurikulum Hadapi Revolusi Industri 4.0

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Rose Alinda Alias (UTM Malaysia) dari (kiri) dan Yuni Sari Amalia, MA., Ph.D sebagai moderator dari (kanan). (Foto: Khefti Al Mawalia)

UNAIR NEWS – Menghadapi revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan adanya persaingan ketat dan dan arus informasi yang semakin pesat. Indonesia dituntut untuk bersiap agar mampu menyejajarkan diri dengan negara-negara lainnya. Merespons permasalahan tersebut, Badan Perencanaan dan Pengembangan Universitas Airlangga (BPP UNAIR) menggelar Workshop Nasional yang bertajuk “Redesain Kurikulum Berbasis Revolusi Industri” 4.0 pada Rabu (24/4/2019) di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajement Kampus C UNAIR.

Upaya menyiapkan revolusi 4.0 terus dilakukan oleh semua pihak tak terkecuali oleh pemerintah. salah satunya dengan Kementerian Perindustrian dengan merangcang Making Indonesia 4.0 yang terintegrasi.

Hadir dalam diskusi tersebut Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., FINASIM (Wakil Rektor 1 UNAIR),  dan pembicara Prof. Dr. Rose Alinda Alias (UTM Malaysia), Hadi Satya Graha, Ph.D, (Manager Advisor Podomoro Land & Dosen terbaik MM UNAIR) Noven Suprayogi, SE., M.Si., Ak (Dosen FEB UNAIR). Dengan dimoderatori oleh Yuni Sari Amalia, MA., Ph.D selaku Ketua Pusat Inovasi dan Publikasi Sertifikasi (PIPS).

Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., FINASIM selaku Wakil Rektor 1 mengungkapkan Perguruan Tinggi saat ini sudah harus beradaptasi dan menyesuaikan dengan adanya revolusi 4.0. Mahasiswa UNAIR sudah seharusnya mengintegrasikan antara materi dan praktik yang ada di lapangan agar tidak tertinggal dengan yang lainnya.

“Adanya digitalisasi, kompetensi konten sudah seharusnya disesuaikan dengan bidang keilmuan dan keprofesiannya. Hal itu sudah selayaknya menjadi dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan,” tambahnya.

Sementara itu Prof. Dr. Rose Alinda Alias mengungkapkan, pengetahuan akan dunia perguruan tinggi diketahui melalui teknologi. Mahasiswa dengan mudah mengakses segala bentuk aplikasi atau fitur yang dapat memudahkan kita melakukan sesuatu. Inilah yang disebut dengan digital native.

“Pembelajaran yang dulunya masih konvensional, kini sudah harus diubah. Para pengajar sudah harus beralih dengan melibatkan teknologi sebagai bagian dari kurikulum itu sendiri,” ungkapnya.

Lanjut Dr. Rose, Perguruan tinggi sudah harus mulai berbenah dengan memberikan stimulus kepada mahasiswa melalui tugas-tugas kuliah yang tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban semata. Pemberian tugas tersebut diharapkan dapat membuat mahasiswa menganalisis dan mengevaluasi serta memecahkan segala problema sosial yang ada di lingkungannya.

Disamping itu ia juga mengungkapkan bahwa desain kurikulum revolusi industri 4.0 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam mengetahui pengetahuan dan kompetensinya. Sehingga para pengajar mempunyai kewajiban untuk membimbing dan mendorong mahasiswa untuk memecahkan segala problema yang ada disekitarnya.

“Jangan sampai mahasiswa yang sudah lulus itu tidak tau kompetensi yang dia miliki, sehingga ia kuliah hanya untuk mengejar ijazah dan sekedar ikut-ikutan semata,” pungkasnya.

Salah satu tantangan terbesar Perguruan Tinggi dalam menghadapi revolusi ini yakni dapat mengidentifikasi dan mengembangkan pengetahuan, kompetensi, atribut yang dapat menyiapkan mahasiswa untuk survive dengan dunia kerja dan lingkungannya. Kurikulum pada setiap semester harus terus dibenahi dan dievaluasi setiap saat.

“Kini sudah zamannya, mahasiswa diajak untuk berkolaborasi dan saling terintegrasi satu sama lain. Mahasiswa perlu diajak untuk meredesain kurikulum terbaru demi efektifnya pembelajaran dalam ranah Perguruan Tinggi,” tambahnya. (*)

 

Penulis : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).