Nusantara, Negara Adekuat Penyumbang Luka Bumi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh insertive.com

UNAIR NEWS – Prestasi Indonesia dalam menyumbang luka bumi kian begitu miris. Kondisi ekologis Indonesia diketahui berada dalam tahap kritis. Hal itu mengakibatkan bumi tempat manusia berpijak sekarang sudah tidak ramah lagi. Dalam beberapa artikel berita disebutkan Indonesia dinobatkan sebagai penyumbang sampah plastik lautan terbesar kedua di dunia.

Menurut data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Laut sebagai tempat tinggal ikan terpaksa harus terkontaminasi dengan sampah plastik yang notabenenya berbahaya. Sehingga akan berimbas pada rusaknya ekosistem laut.

Serupa halnya dengan polusi yang senantiasa berada di sekitar kita. Kini di Indonesia debu kotor dan jelaga begitu familiar mewarnai hari-hari para manusia. Serbuan polusi air, udara, dan tanah membuat bumi kian panas.

Sebagai contoh Jakarta yang menjadi sumber pencemaran udara. Sekaligus turut serta menyumbang rekor polusi udara terburuk di Asia Tenggara.  Dalam Laporan World Air Quality Report 2018 menyebutkan, konsentrasi rata-rata tahunan particulate matter (PM) 2,5 tahun 2018 mencapai 45,3 µg/m3. Dapat diartikan bahwa konsentrasi PM 2,5 di Jakarta mencapai empat kali lipat dari batas aman tahunan menurut standar WHO, yakni 10 µg/m3.

Persoalan lain seperti pemanasan global juga terjadi akibat meningkatnya suhu rata-rata laut dan bumi, banjir akibat curah hujan tinggi, sulitnya mendapat air bersih, kerusakan hutan, dan abrasi terus menghantui Indonesia saat ini. Dampak pemanasan global di Indonesia terlihat dari meningkatnya suhu laut yang lebih cepat dari perkiraan. Angka deforestasi kerusakan hutan di Indonesia berada pada urutan pertama di dunia.

Bertepatan dengan Hari Bumi pada 22 April lalu, seharusnya membuat masyarakat Indonesia sadar akan kerusakan lingkungan yang kini kian mengusik kelestarian bumi. Sebagai penghuni bumi, sudah sepantasnya timbul kesadaran humaniora dalam benak masing-masing untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kekayaan yang sudah diberikan hendaknya dijaga baik-baik, jangan sampai dieksploitasi secara besar-besaran. Perlu dilakukan upaya revolusi mental kepada seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia untuk menyelamatkan bumi di masa mendatang.

“Perubahan di mulai dari sekarang, mari lestarikan dan selamatkan bumi”

 

Penulis: Tunjung Senja Widuri

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).