Departemen Ilmu Sejarah Ungkap Sisi Lain Pendudukan Jepang di Hindia Belanda

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Meta Sekar Puji Astuti saat memberi materi dalam studium generale di FIB UNAIR. (Dok. Istimewa)

UNAIR NEWS – Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar studium generale pada Kamis (21/3/2019). Acara itu merupakan bagian dari rangkaian Dies natalis Departemen Ilmu Sejarah ke-21.

Kegiatan yang dilaksanakan di ruang Siti Parwati lantai 2 FIB UNAIR tersebut tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa UNAIR, namun juga mahasiswa ilmu sejarah dari perguruan tinggi lain, seperti Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (STKIP) Sidoarjo.

Mengusung tema ‘Komunitas Jepang di Surabaya pada Masa Hindia Belanda’, hadir sebagai pemateri yaitu Meta Sekar Puji Astuti, Ph.D., dosen FIB Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Uniknya, Meta seorang berlatar belakang sastra Jepang, yang memiliki ketertarikan terhadap sejarah.

Dalam stadium generale itu Meta menuturkan bahwa bangsa Jepang yang masuk ke Hindia Belanda pada masa lalu berkisar tujuh ribu orang. Tiga ribu di antaranya menduduki Jawa Timur, dan tiga ratus orang di antaranya bertempat tinggal di Surabaya. Hal itulah yang membuat adanya banyak komunitas Jepang di Surabaya.

Selain itu, dia menuturkan bahwa tidak semua penjajah (Jepang, Red) di Hindia Belanda selamanya meninggalkan dampak buruk. Ada sisi baik yang masih dapat dirasakan bangsa Indonesia sampai saat ini. Salah satu contohnya adalah hadirnya toko Siola.

“Pada tahun tiga puluhan dulu (1930, Red), Siola merupakan departemen store terbesar di Surabaya yang didirikan oleh orang Jepang. Dulu namanya bukan Siola, tapi Tjijoda. Didirikan oleh Okano Shigezo. Dia merupakan orang yang sangat kaya pada masa itu,” imbuh penulis buku Apakah Mereka Mata-Mata? itu.

Di akhir acara, dilakukan pemberian cindera mata oleh Dr. Sarkawi, S.S., M.Hum. selaku Kepala Departemen Ilmu Sejarah FIB UNAIR kepada Meta. Serta, dua orang mahasiswa asal Unhas. Dua orang mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa bimbingan Meta yang tengah melakukan penelitian sejarah di Surabaya.

Studium generale tersebut diadakan sebagai salah satu langkah untuk menarik minat mahasiswa dalam mempelajari sejarah di Indonesia. Melihat kurangnya minat literasi mahasiswa, diharapkan kegiatan tersebut dapat memberikan informasi lebih tentang dunia sejarah. Serta, membuka mindset mahasiswa terhadap penjajahan di masa lalu yang tidak selamanya merugikan. (*)

Penulis: Shofiyyatul Mahrushah

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).