Kerap Muncul Diskriminasi, BEM FISIP Adakan Diskusi dan Bentuk Komunitas ‘Kampus Ramah Perempuan’

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Suasana diskusi arah gerak “Kampus Ramah Perempuan” yang diadakan di Taman Belakang FISIP UNAIR, pada Kamis (21/3/2019). (Foto: istimewa)

UNAIR NEWS – Dewasa ini stereotip tentang perempuan di masyarakat masih dilanggengkan. Ketidakadilan yang terjadi berdampak pada maraknya marginalisasi terhadap perempuan. Oleh sebab itu, permasalahan perempuan hari ini harus menjadi tanggung jawab bersama.

Kerap terjadi kasus diskriminasi terhadap perempuan, utamanya di lingkungan kampus, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar diskusi pada Kamis (21/3/2019). Diskusi dihadiri oleh dosen Antropologi UNAIR, Dr. Pinky Saptandari EP Dra.,MA., dan fokus mengenai arah gerak kampus ramah perempuan.

Pinky menjelaskan bahwa menumbuhkan kesadaran kepada seluruh lapisan civitas akademika mengenai isu-isu gender sangatlah penting. Sebab pada tataran kampus yang notabene memiliki pendidikan tinggi dan kemampuan literasi yang mumpuni, permasalahan perempuan harus diatasi bersama. Terlepas dari gender apapun itu, entah laki-laki atau perempuan.

Terbentuknya komunitas Kampus Ramah Perempuan (KRP) yang digagas oleh BEM FISIP UNAIR dilatarbelakangi karena kondisi kampus yang dirasa belum berpihak pada kebutuhan dan kepentingan perempuan. Selain itu, komunitas ini digagas dengan orientasi bahwa dunia pendidikan harus peka dan responsif.

“Lingkungan kampus kini rasanya kurang lagi menjadi tempat yang aman dan ramah bagi perempuan,” ujar pengawas komunitas KRP itu.

Banyaknya kasus demi kasus dibiarkan tanpa penanganan serius dan hanya berujung damai tanpa keadilan, serta kurangnya pemahaman tentang gender, menyebabkan bias yang terjadi semakin parah.

“Subordinasi terhadap gender tertentu seakan mempersempit ruang-ruang belajar dan berproses bagi perempuan,” tegasnya.

Komunitas KRP diharapkan dapat menjadi suatu sintesa untuk menjawab fenomena berbasis gender dalam lingkungan kampus. Melalui penyadaran bahwa mahasiswa harus dapat melihat segala permasalahan yang berspektif gender dengan mata terbuka.

Dr Pinky (empat dari kiri bawah) dan Komunitas Kampus Ramah Perempuan (KRP) yang digagas oleh BEM FISIP UNAIR. (Foto: istimewa)

Selain itu, KRP berupaya menghadirkan diskusi yang mampu menghasilkan diskursus baru demi mewujudkan kampus yang ramah terhadap perempuan. Hal ini menjadi satu bentuk langkah preventif untuk mencegah terjadinya diskriminasi gender, dan dapat menjadi wadah mahasiswa berperan aktif dalam advokasi isu-isu gender.

“Komunitas KRP diharapkan mampu menjadi sebuah contoh, sebagai langkah konkrit kepedulian dan pengentasan terkait permasalahan gender dalam tataran fakultas maupun universitas,” jelasnya. (*)

Penulis: Wildan Ibrahimsyah

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).