Maraknya Isu Golput, BEM FISIP Ajak Diskusi Mahasiswa dan Dosen

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SUASANA diskusi isu golput yang diadakan oleh BEM FISIP UNAIR, pada Rabu (20/3/2019). (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Golongan putih (golput) rasanya sudah menjadi hal yang familiar ada pada demokrasi di Indonesia. Golput menjadi bentuk kekecewan atas rezim dan kontestasi yang sedang berlangsung. Sehingga, sering kali isu golput ini menjadi hal yang negatif, karena kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa golput tidak menyelesaikan masalah.

Namun, tidak semudah itu dalam memandang arti golput yang sebenarnya. Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) Ali Sahab S.IP., M.Si., golput yang meningkat seiring dengan fenomena tensi politik. Fenomena itu dilatarbelakangi oleh banyak alasan.

“Masyarakat kini mempunyai alasan yang beragam yang mendasari keputusan memilih untuk tidak memilih,” ujar Ali Sahab pada Rabu (20/3/2019) di Taman Demokrasi, FISIP UNAIR.

Dalam acara Bareng Arek-Arek Diskusi Santai (BAKAR SINTE) itu, Ali menjelaskan mengenai stigma yang dikembangkan oleh media juga sangat berperan. Terlebih dalam menjelaskan golput yang menjadi miskonsepsi.

Menurut anggapan mahasiswa sebagai pemateri kedua, Muhammad Syahrul Fath, apabila menggunakan perspektif the lesser evil, sebagai pemilik hak suara, paling tidak masyarakat harus memilih salah satu pasangan calon yang dapat dinilai sebagai yang lebih baik di antara yang terburuk. Dimana, hal tersebut bertolak belakang dengan arti golput sesungguhnya.

Di sisi lain, golput merupakan bentuk kritik nyata yang dapat ditunjukan pada sistem demokrasi di Indonesia dan mempertanyakan keefektifan dari proses demokrasi yang berjalan. Sebab, golput nantinya dapat memberikan efek dalam jangka panjang.

Ketika presiden yang terpilih ternyata jauh dari harapan masyarakat, tentu tingkat ketidakpercayaan tersebut akan muncul. Sehingga, presiden kehilangan legitimasi terhadap masyarakat, yang nantinya akan mendorong dan memaksa agar presiden dapat memperbaiki diri agar tingkat kepercayaan masyarakat dapat kembali.

“Jadi, intinya golput bukanlah tindakan yang apolitis dalam demokrasi, karena memutuskan memilih untuk tidak memilih merupakan implementasi dalam menggunakan hak pilih,” sebutnya.

Perlu diketahui, BAKAR SINTE yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UNAIR setiap seminggu sekali, pada hari Rabu. Selain untuk meningkatkan wawasan keilmuan, diskusi ini dimaksudkan sebagai wadah dari aroma pergerakan sebagai ciri khas mahasiswa FISIP.

Diskusi ini bersifat umum. Sehingga, mahasiswa di luar FISIP sangat diperbolehkan untuk hadir pada diskusi rutin tersebut. (*)

Penulis: Wildan Ibrahimsyah

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).