Cerita Iga Rahma Berkiprah di Duta Anti Narkoba Sidoarjo sejak 2018

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Kesibukan kuliah dan organisasi tidak melunturkan semangat Iga Rahma untuk tetap eksis di daerahnya. Mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga 2017 tersebut berhasil menjadi Duta Anti Narkoba 2018 di daerah asalnya, Sidoarjo. Kala itu Iga terpilih dalam seremonial yang digelar pada 14 Juli 2018 di Amphitheater Pazkul, Kahuripan Nirwana Sidoarjo.

Menurut mahasiswa yang akrab disapa Iga tersebut, menjadi seorang duta harus bisa memberikan manfaat yang lebih besar untuk daerahnya. Untuk itu, bagi Iga, komitmen sangatlah penting untuk bisa mencapai tujuan tersebut.

Selama hampir satu tahun menjadi duta anti narkoba, Iga disibukkan dengan kegiatan penyuluhan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) setiap minggu di Alun-Alun Sidoarjo. Ada juga capacity building, yakni kegiatan tersebut bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang NAPZA, rehabilitasi, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan narkoba.

Baginya, penyuluhan tentang narkoba sangat penting karena narkoba merupakan salah satu musuh terbesar Indonesia. Jadi, perlu penyuluhan dini untuk menginformasikan bahaya dari narkoba.

”Penting sekali, karena narkoba merupakan salah satu musuh besar negara Indonesia dan merupakan salah satu permasalahan terbesar di Indonesia. Jadi, perlu penyuluhan dini,” tuturnya.

Bagi Iga, kalangan anak muda sangat mudah terjerumus dalam lingkaran narkoba. Maka dari itu, penyuluhan duta sasarannya lebih kepada anak muda.

Menjadi seorang duta, lanjut Iga, tidak begitu mudah, banyak hal yang harus dihadapinya. Ia pernah dihadapkan dengan mantan pengguna yang sekiranya dapat diajak berbicara dengan baik.

”Pernah ke Plato Foundation. Di situ kami (Duta Anti Narkoba Sidoarjo, Red) dihadapkan dengan mantan pengguna yang sekiranya bisa diajak bicara. Dan, nggak semudah itu bicara sama pengguna,” ungkapnya.

Menurut Iga, desa maupun kota sama saja. Yang terpenting adalah tersampaikannya materi penyuluhan tersebut. Di kota, penyuluhan menjadikan sekolah-sekolah sebagai objeknya dan untuk desa lebih ke desa yang belum pernah ada penyuluhan.

Pada akhirnya, bagi Iga, kunci menjalani aktivitas dan komitmen pengabdiannya itu adalah memiliki sikap berani dan pantang menyerah serta kecerdasan yang dapat membuat perubahan. Termasuk menjadi duta adalah aktualisasinya. (*)

 

 

Penulis:  Asthesia Dhea C.

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).