Belum Tuntas, Mahasiswa UNAIR Ikut Andil Kurangi Stunting

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Permasalahan Stunting (kerdil pada balita,Red) di Indonesia sampai sekarang terus menjadi sorotan banyak khalayak. Banyak media telah memberitakan bahwa Indonesia berada dalam fase darurat Stunting. Masalah gizi kronis tersebut sebetulnya telah mendapat dukungan positif dari pemerintah.

Terbukti, berdasarkan data Riset Badan Litbangkes (Riskesdas) tahun 2013 disebutkan jumlah penderita Stunting mencapai angka 37,2%. Kemudian pada tahun 2018 jumlah penderita Stunting mengalami penurunan sebesar 6,4 % menjadi 30,8 %.

Diketahui data tersebut  nyatanya belum dapat memaksimalkan pemberantasan Stunting yang belum kunjung mencapai titik akhir. Bercermin dari WHO, dikatakan jumlah penderita Stunting baru bisa mencapai batas aman apabila berada di bawah angka 20 %. Dari data yang berhasil dihimpun Riskesdas tahun 2018 dipaparkan jumlah penderita Stunting di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menginjak angka 42,6 %. Padahal NTT adalah wilayah yang dinobatkan sebagai daerah dominan penyakit Stunting.

Gentingnya persoalan Stunting terus menghantui seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali para mahasiswa anggota Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI). Mereka sama sekali tak menampik kinerja baik pemerintah dalam menanggulangi Stunting. Justru para mahasiswa tersebut merekognisi dan mengapresiasi kerja keras pemerintah. Hanya saja mereka menilai selama ini keikutsertaan kalangan akademisi mengatasi Stunting masih minim.

Suasana Audiensi ISMKMI di Kemenkes RI beberapa waktu lalu. (Foto: istimewa)

Dalam Audiensi ISMKMI yang diadakan pertengahan Februari lalu di Kementrian Kesehatan RI dan Kantor Staf Kepresidenan, para mahasiswa memberikan solusi dihadapan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, SpM dan Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, ST. Beberapa perwakilan mahasiswa berasal dari Universitas ternama, seperti UNAIR, UNHAS, UI, UNDIP, UMJ, dan masih banyak lagi.

“Kami begitu gembira mendengar kabar baik pasca audiensi. Sebab program yang telah kami susun berbulan-bulan lamanya disambut baik oleh pihak Kemenkes RI dan Kantor Staf Kepresidenan,” terang Hamzah Yasfi Akbar Solihin, partisipan Audiensi ISMKMI perwakilan dari UNAIR.

Mengusung Program Gotong Royong Atasi Stunting (Gorasting), aksi mahasiswa rencananya akan berfokus pada ibu hamil. Masing-masing mahasiswa nanti akan mendampingi 1 sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) ibu hamil sampai bayi usia di bawah 2 tahun (Baduta).

“Kuncinya adalah bermain cerdik dan cantik dalam menyuarakan solusi permasalahan. Dalam menuntaskan suatu persoalan kesehatan tentu tidak bisa dilahap dalam sekali jalan,” imbuh Hamzah.

Hamzah Yasfi dalam sesi wawancara bersama tim UNAIR NEWS menuturkan pemerintah pada dasarnya tidak hanya mengurusi satu aspek masalah saja. Faktanya, Indonesia memiliki segudang permasalahan yang begitu kompleks hampir di segala bidang. Sehingga gagasan mahasiswa dapat turut andil dalam mengambil langkah solutif mengatasi Stunting.

Harapannya selepas ini angka penderita Stunting dapat mengalami penurunan secara signifikan. Kontribusi mahasiswa setidaknya bisa meringankan beban pemerintah dalam menanggulangi masalah Stunting. Mahasiswa juga dapat menunaikan pesan Presiden RI Joko Widodo supaya angka penderita Stunting tuntas sampai batas bawah yakni 0 %.

 

Penulis: Tunjung Senja Widuri

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).