Orasi Ilmiah soal Literasi dan Persebaya Buka Dies Natalis Ilmu Sejarah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga menggelar peringatan dies natalis ke-21. Tahun ini pihak panitia menyuguhkan nuansa yang berbeda. Acara dibuka dengan orasi ilmiah dari seorang alumni dan mahasiswa, tepatnya di Chairil Anwar, Lantai 2 FIB UNAIR, pada Rabu (13/3/2019).

Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Ilmu Sejarah Andri Setyo Nugroho menuturkan, orasi tersebut bertujuan sebagai ajang silaturahmi antara para dosen, alumni dan mahasiswa. Selain itu, panitia mendapuk dua orator untuk membagikan wawasan yang mereka miliki kepada seluruh hadirin.

Orasi pertama disampaikan oleh Yunaz Ali Akbar Karaman, yaitu mahasiswa ilmu sejarah angkatan 2015. Ia aktif mengampanyekan literasi melalui Perpustakaan Onthel Prasojo miliknya.

”Sebuah buku bukan sekadar barang yang bersampul atau bergambar. Tetapi tempat untuk menyelami kehidupan,” ujarnya.

Yunaz menjelaskan bahwa nenek moyang kita telah lebih dulu memberikan sumbangsih budaya dalam bentuk sejarah lisan. kini sejarah lisan itu diabadikan dalam bentuk teks cetak berupa buku.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran terhadap literasi kian tergerus dengan perkembangan sebuah kota. Masyarakat, tak pandang umur, semakin asyik dengan dunianya masing-masing. Karena itu, kehadiran perpustakaan maupun wadah literasi lainnya masih sangat diharapkan untuk mengisi celah-celah dalam masyarakat.

Sementara itu, sesi terakhir ditutup dengan orasi dari Rojil Nugroho Bayu Aji. Yakni, alumnus sejarah yang saat ini aktif mengajar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Materi yang dibawakannya berjudul “Persebaya dan Bonek dalam Perjalanan Historis Kota Surabaya dan Jawa Timur”.

“Saat ini banyak mahasiswa dan juga peneliti sejarah yang sudah menaruh perhatian dalam pembahasan sejarah olahraga,” ujarnya.

Dalam pemaparan selanjutnya, ia menjelaskan mengenai dinamika keolahragaan dalam menghidupkan kajian sejarah perkotaan, khususnya pada lingkup sepak bola. Surabaya sendiri memiliki Persebaya sebagai salah satu simbol pemersatu warga. Begitu juga dengan Bonek yang sejak tahun 1987 telah mengorganisasikan diri untuk mendukung punggawa kebanggannya, Persebaya. Dengan kata lain, Persebaya dan Bonek telah menjadi salah satu elemen pembentuk kota serta identitas yang terus dimaknai sampai kapanpun. (*)

 

Penulis: Nabila Amelia

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).