Bedah Buku Sambil Berseloroh dengan Anak Kolong

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum (kiri), Dr. Rusdian (Yan) Lubis (tengah) dan Drs. Muryadi, M.IP (kanan) sedang membedah buku Anak Kolong di Kaki Gunung Slamet di Aula Siti Parwati, FIB UNAIR. (Foto: Yudi Wulung)
Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum (kiri), Dr. Rusdian (Yan) Lubis (tengah) dan Drs. Muryadi, M.IP (kanan) sedang membedah buku Anak Kolong di Kaki Gunung Slamet di Aula Siti Parwati, FIB UNAIR. (Foto: Yudi Wulung)

UNAIR NEWS – Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) kedatangan tamu istimewa dari kaki Gunung Slamet, Dr. Rusdian (Yan) Lubis, dengan agenda bedah buku yang diselenggarakan di Aula Siti Parwati, lantai 2 FIB UNAIR, Jum’at (22/02).

Ditemani Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum sebagai pembahas buku, dan Drs. Muryadi, M.IP sebagai moderator, Yan Lubis membedah buku fenomenal karangannya berjudul “Anak Kolong di Kaki Gunung Slamet”.

Tak seperti diskusi bertema militer yang cenderung tegang, diskusi yang diikuti puluhan peserta itu sangat cair dan sesekali menggelitik perut peserta. Bagaimana tidak? Tumpukan kisah lucu yang dialami Yan Lubis ketika kecil membuat peserta tak henti-hentinya tertawa mengimajinasi kehidupan anak kolong yang disuguhkan ketiga orang tersebut dalam dialog.

Dalam paparannya, Yan Lubis mengatakan, dirinya menulis buku itu membayangkan sedang berada di usia 12 tahun, yakni ketika dirinya berada di tangsi (asrama, Red) militer dengan suasana yang senang, sedih, serius, dan sedikit pahit bersama teman-temanya. Diakuinya pula, backdrop (latar belakang, red) dari bukunya berkisah tentang peristiwa G30/S, dimana saat itu Indonesia sedang mengalami masa gelap dalam sejarahnya.

“Tapi saya menuliskannya dengan terus terang dan penuh keterbukaan, tak jarang saya campur bawur sama masa kecil saya yang nakal,” seloroh mantan direktur PT. Freeport itu sambil tertawa.

Sementara itu, Purnawan membahas buku itu dengan judul “Romantisme Anak Kolong”. Dirinya menunjukkan tempat-tempat Yan Lubis ketika kecil seperti di daerah Bojong Purbalingga, Glempang Purwokerto, Wonopringgo Pekalongan dan Gombong Sidayu.

“Ini adalah Kompleks Batalyon Infanteri 413 Bojong Purbalingga, rumahnya Pak Yan, dan ini adalah Sungai Kluwing, tempat yang paling sering diceritakan Pak Yan ketika mancing dan mandi di sungai” kata Purnawan sambil menunjuk gambar.

Lanjut Purnawan, menyebutkan buku tersebut sebagai memoar. Karena menurutnya, buku itu menjadi dokumen bersejarah yang menggambarkan politik nasional dari tingkat lokal.

“Secara ketat Pak Yan menceritakan kebijakan politik nasional yang berimbas ke tingkat lokal,” ujar dosen Sejarah Ekonomi Perkotaan tersebut.

Selain itu, Purnawan menyebutkan, buku itu menggambarkan tentang kondisi sosial dan kultural di Indonesia. Karena menurutnya, buku “Anak Kolong dari Kaki Gunung Slamet” merupakan museum mini Indonesia yang memuat budaya, politik, sosial, dan agama yang khas dari Banyumas.

Penulis : Fariz Ilham Rosyidi

Editor    : Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).