RS UNAIR Tambah 16 Mesin Hemodialisis untuk Tingkatkan Pelayanan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Direktur RS UNAIR Prof. Nasron bersama jajaran pimpinan lainnya usai meresmikan fasilitas baru RS UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Meningkatnya jumlah penderita gagal ginjal hingga mencapai angka 60%, membuat rumah sakit di seluruh Indonesia berbenah dalam melengkapi fasilitasnya. Tak terkecuali RS Universitas Airlangga. Salah satunya upaya yang dilakukan oleh RS Universitas Airlangga adalah dengan menambah kapasitas 16 mesin hemodialisis, mesin cuci darah baru bagi pasien penderita gagal ginjal.

Penambahan mesin ini diresmikan langsung di lantai 6 RS UNAIR oleh Ketua Pernefri Jatim dr. Pranawa, SpPD-KGH., dan Prof. dr. Mohammad Yogiantoro, Sp. PD-KGH, FINASIM., selaku dokter konsultan hipertensi ginjal (14/02/2019). Bertambahnya layanan mesin cuci darah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

“Saat ini layanan mesin hemodialisis di rumah sakit yang ada di Surabaya mencapi 400 buah. Namun, angka tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan karena jumlah penderita yang semakin membludak setiap harinya. Perkiraannya akan ada 500 mesin yang akan digunakan”, ujar dr. Pranawa.

Dr. Pranawa mengatakan, bahwa saat ini penderita gagal ginjal tidak hanya bisa menjalani perawatan konserfatif dengan mengkonsumsi obat-obatan saja. Akan tetapi perlu untuk melakukan terapi perawatan pengganti ginjal.

Penderita ginjal kronik ini, lanjutnya, harus melakukan transpalansi ginjal atau hemodialisis. Tindakan hemodialisis ini dilakukan dua hingga tiga kali seminggu. Mirisnya, para penderita ini akan menjalani proses cuci darah seumur hidup dalam mempertahankan hidup. Hingga banyak dari mereka yang bertahan hidup 1 tahun hingga 25 tahun.

Biasanya, penderita ginjal kronik yang melakukan cuci darah ini telah mencapai stadium 5. Penyakit tersebut diakibatkan oleh penderita diabetes sebanyak 50%, hipertensi 30% dan 20% dari penderita batu ginjal dan lain-lain.

Lanjut Dr. Pranawa, harapannya ke depan RS UNAIR akan mencari solusi dan upaya dalam pencegahan gagal ginjal. Sehingga, layanan hemodialisis ini bisa ditutup karena menurunnya angka pasien yang menderita gagal ginjal.

“Saya berharap adanya penambahan kapasitas mesin hemodialisis akan menambah keberhasilan UNAIR dalam mempertahankan kualitas kesehatan hidup masyarakat. Kesabaran dalam memberi pelayanan terbaik merupakan faktor utama yang harus didahulukan”, tambahnya.

Bukan hanya itu, Dr. Ardityo Rahmat Ardhani, Sp.PD selaku dokter sepesialis penyakit dalam mengungkapkan bahwa keunggulan layanan RS UNAIR dibanding Rumah sakit lainnya yaitu terletak pada penggunaan artificial kidney, ginjal buatan yang hanya digunakan satu kali pakai.

“Pemakaian ginjal buatan yang digunakan di berbagai rumah sakit biasanya akan digunakan 4 sampai 5 kali pakai. Berbeda dengan RS UNAIR yang menggunakan alat ginjal  buatan ini dalam satu kali pemakaian”, tambahnya. (*)

Penulis: Khefti Al Mawalia

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).