UNAIR Undang Redaktur Opini Jawa Pos untuk Latih Dosen Menulis Opini

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Djoko Santoso (tengah) ketika membagikan pengalamannya dalam menulis opini. (Foto : Galuh Mega Kurnia)
Prof. Djoko Santoso (tengah) ketika membagikan pengalamannya dalam menulis opini. (Foto : Galuh Mega Kurnia)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengadakan pelatihan penulisan opini pada Selasa (12/2) di Kantor Manajemen Kampus C. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar sembilan puluh dosen dari seluruh fakultas yang ada di UNAIR.

Prof. Djoko Santoso, Wakil Rektor 1 UNAIR hadir untuk memberikan sambutan sekaligus membagikan pengalamannya dalam menulis opini. Prof. Djoko juga berharap dengan diadakannya kegiatan tersebut dosen UNAIR menjadi lebih percaya diri dan termotivasi untuk menulis opini.

“Semoga dari ruangan ini terlahir setidaknya sepuluh persen penulis-penulis baru,” ucap Prof. Djoko.

Selain itu, Doan Widhiandono, redaktur Opini Jawa Pos yang akrab disapa Doan turut hadir sebagai narasumber. Dalam kesempatan tersebut Doan menerangkan beberapa alasan ditolaknya sebuah artikel opini yang dikirimkan ke Jawa Pos.

Menurut Doan, writing is selling. Ketika seorang mengirimkan hasil tulisannya pada media, dalam hal ini surat kabar, maka penulis tersebut sedang berusaha untuk menjual karyanya.

Hal yang perlu untuk diperhatikan oleh penulis ketika ingin karyanya diunggah adalah, penulis tersebut harus menyelaraskan tulisannya dengan media yang akan dituju. Selain itu, penulis juga perlu memperhatikan isu yang diambil sebagai materi serta cara atau struktur penulisan karyanya.

“Selayaknya seorang pembeli, maka saya tidak akan membeli barang yang tidak sesuai dengan saya atau barang yang akan merepotkan saya karena harus banyak mengedit atau hal lainnya,” jelas Doan.

Selain itu, Doan juga menegaskan bahwa dalam penulisan opini, kemampuan yang paling penting bukanlah kemampuan menulis. Melainkan, kemampuan untuk menceritakan suatu cerita atau story telling ability.

“Menulislah sebagaimana kamu berbicara,” ucap Doan.

Dalam story telling ability, maka seseorang perlu untuk memilih dan memilah fakta yang diperlukan untuk menunjang tulisannya. Kemudian dirangkai dengan hati-hati dan dituangkan dalam bentuk tulisan.

Sebagai penutup, Doan mengingatkan kepada seluruh peserta bahwa menulis tidak bisa untuk diajarkan. Namun, kemampuan menulis bisa untuk ditularkan. Yaitu dengan cara banyak bergaul dan berlatih bersama penulis-penulis senior lainnya.

 

Penulis: Galuh Mega Kurnia

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).