Wacana Berita Lokal Tetap Mendapat Tempat dalam Era Disrupsi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS ­– Wacana kelokalan itu selalu memiliki tempat dalam ruang-ruang sosial kemasyarakatan. Bahkan, dalam kondisi sosial kemasyarakatan yang modern sekali pun. Demikianlah sedikit paparan yang disampaikan Sekretaris Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga Dr. Imron Mawardi, SP., M.Si., dalam Diskusi Publik Asosiasi Televisi Lokal Indonesia pada Kamis sore (7/2/2019).

Bertempat di Hotel Garden Palace Surabaya, kegiatan yang termasuk dalam rangkaian Peringatan Hari Pers Nasional tersebut menghadirkan sejumlah tokoh publik dan pers regional maupun nasional. Di antaranya, pejabat dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Komisi I DPR RI, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Pengurus ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia).

Dr. Imron yang hadir mengantikan Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., MT., Ak., CMA., memberikan sejumlah pandangan terkait dengan analisis televisi lokal saat ini. Khususnya menilik dalam sudut pandang akademis dan konteks terkini.

Studi kasus mengenai pertarungan antara media besar di Amerika Serikat membuka paparan Dr Imron dalam diskusi tersebut. Studi tentang media Washington Post dan New York Time mengisyaratkan pertarungan antara konten berita nasional dan regional. Meski sama-sama terbit saat pagi, lanjut dia, Washington Post dan New York Time memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Khususnya dalam berita yang dikonsumsi warga New York. Hasilnya adalah New York Time lebih diminati.

”Setelah diamati, mengutip pernyataan Pak Dahlan, ternyata orang semaju apa pun, orang berada di kota besar mana pun, ternyata masih memiliki perasaan local wisdom,” ujarnya.

”Orang itu selalu ingin tahu dengan apa yang tengah terjadi di sekitarnya,” imbuhnya.

Keingintahuan seseorang pada isu-isu lokal, ungkap Dr. Imron, tidak pernah hilang. Itulah yang memberikan sinyal akan adanya tempat pada konten-konten informasi yang bersifat lokalitas. Khususnya dalam era saat ini yang disebut sebagai era disrupsi.

Meski demikian, diperlukan sejumlah terobosan bagi pengelola televisi lokal. Di antaranya, yang berkaitan dengan konten, efisiensi, dan fokus pada sekmen. Sejumlah prediksi tentang tercapainya bonus demografi bagi Indonesia pada 2025 juga mesti dimanfaatkan dengan sangat baik.

Selain itu, penyesuaian manajemen pengelolaan dengan berdasar pada efisiensi perlu dilakukan. Mengingat, perkembangan teknologi sangat memberikan beragam opsi terhadap pemenuhan tersebut. Kemunculan smartphone atau kecanggihan alat dan peredaran arus yang sangat cepat menjadi nilai plus sekaligus tantangan. (*)

 

Penulis: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).