KKN Tematik 59 Citarum Harum, dari Bangun TPS Hingga Ketemu Ridwan Kamil

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Mega dan anggota kelompok yang lain melakukan sosialisasi Perilakuk Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS Tahun 2019 ini Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 59 Citarum Harum. Dalam program tersebut, setidaknya terdapat sekitar 150 mahasiswa UNAIR yang mengikuti kegiatan tersebut yang kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok untuk ditempatkan di desa-desa yang ada di Bandung.

Salah satu peserta KKN tersebut adalah Megawati Nasehatul Aminati atau Mega, mahasiswa FKM angkatan 2016. Dalam KKN tersebut, Mega dan anggota kelompoknya yang lain ditempatkan di Desa Sangkanhurip, Kecamatan Pamengpeuk, Kabupaten Bandung, sejak 7-25 Januari 2019.

Selama menjalani KKN, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Mega dan tim. Di antaranya adalah membangun TPS dengan bekerjasama dengan UPI Bandung dan masyarakat serta TNI yang ada di sana, memberikan sosialisasi cuci tangan dan gosok gigi bersama Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNPAD di SDN 1 Ciborereng, senam bersama dan sosialisasi PHBS bersama ibu-ibu sekaligus membagikan goodie bag dengan tujuan untuk mengurangi kantong plastik, melaksanakan lomba menggambar dan story telling bertema lingkungan, serta bimbingan belajar dan mengaji untuk anak-anak di sana.

“Di sana, kami berusaha untuk menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya,” ucap Mega.

Tidak hanya itu, kelompok KKN tersebut juga membantu program TNI. Seperti menanam pohon, bekerja bakti membersihkan taman Citarum, serta sosialisasi pemilahan dan pengolahan sampah. Mega dan tim juga melakukan program tebar buku. Yaitu, memberikan sumbangan buku ke pesantren dan taman baca yang ada di taman Citarum Harum.

Ibarat sambil menyelam minum air. Tidak hanya mengabdi, namun Mega juga ikut belajar budaya dan hal menarik lainnya yang ada di sana. Contohnya adalah ketika berinteraksi bersama anak-anak, secara tidak langsung Mega belajar bahasa daerah yang ada di sana melalui interaksi tersebut.

“Kami juga diajak oleh anak-anak untuk mengunjungi tempat produksi cireng karena ibu mereka bekerja di sana,” ujar Mega.

Ketika pertama kali berkunjung di tempat produksi cireng tersebut, Mega mengaku disambut dengan baik oleh ibu-ibu yang bekerja. Bahkan, tidak jarang ibu-ibu tersebut main ke kontrakan tim KKN UNAIR tersebut untuk memasak seblak bersama-sama.

Tidak hanya ibu-ibu, anak-anak juga sering mengajak Mega dan tim untuk bermain bersama di sawah. Anak-anak juga hampir setiap malam datang ke kontrakan dengan membawa bekal dan bermain. Bahkan, sempat ada anak sekolah dasar yang membawa microphone lengkap dengan sound systemnya ke kontrakan tempat kelompok KKN tersebut tinggal untuk bernyanyi lagu Sunda.

“Kami diajari bahasa dan lagu Sunda oleh anak-anak, dan juga diajari membuat seblak dan cireng cobek oleh ibu-ibu,” ungkap Mega.

Mega mengaku bahwa anak-anak kecil di sana begitu sopan dan menyayangi dirinya dan teman-teman anggota yang lain. Bahkan, mereka sempat dibuatkan lagu dan diberi surat beserta hadiah oleh anak-anak.

Selain itu, melakukan KKN bersama mahasiswa universitas lain juga merupakan hal yang berkesan bagi Mega. Yaitu ketika bersama mahasiswa UPI membangun TPS untuk desa tersebut dan bersama FKG UNPAD ketika sosialisasi. Tidak hanya dengan mahasiswa lain, pengalaman bekerjasama dengan TNI juga merupakan hal yang berkesan hingga dapat bertemu Ridwan Kamil di acara evaluasi satu tahun Citarum Harum.

“Ketika melakukan kegiatan bersama TNI, kita harus apel dulu sebelum kegiatan dimulai. Selain itu, kami juga sempat diajak TNI untuk mengikuti acara evaluasi satu tahun Citarum Harum. Di sana, kami bertemu Pak Ridwan Kamil juga,” jelas Mega.

Meskipun banyak kesenangan namun tidak sedikit duka yang terjadi. Mega dan tim yang sering kekurangan air, membuat mereka harus menumpang mandi ke masjid dan rumah warga. Selain itu, terdapat juga program kerja yang tidak sempat terlaksana seperti agenda donor darah yang ternyata banyak warga masih takut untuk melakukannya.

Dari pengalaman KKN tersebut, Mega belajar mengenali banyak karakter. Hidup dalam satu rumah bersama banyak orang dengan sifat dan kebiasaan yang berbeda membuat mereka harus saling memahami dan bekerjasama dengan baik.

Untuk mahasiswa yang nantinya akan melakukan KKN juga, Mega berpesan agar mahasiswa mengenali masyarakat sasaran terlebih dahulu sebelum membuat program kerja. Selain itu, mahasiswa juga harus bisa toleransi. Harus belajar memasak dan mengurusi urusan rumah tangga karena selama KKN mahasiswa dituntut untuk mandiri.

“Kita juga perlu belajar meningkatkan kepekaan, memperbanyak interaksi dengan anak-anak karena pasti di tempat KKN nanti tidak akan lepas dari anak kecil. Jadi, harus belajar sabar. Intinya belajar menekan ego dan harus bisa mandiri,” pungkas Mega. (*)

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).