FK UNAIR Kaji Pengaplikasian Stem Cell untuk Mengobati Penyakit Degeneratif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Para Pemateri Simposium Internasional bertajuk “1st International Conference and Workshop (ICW) 2019”. (Foto: Istimewa)
Para Pemateri Simposium Internasional bertajuk “1st International Conference and Workshop (ICW) 2019”. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR menggelar simposium internasional bertajuk “1st International Conference and Workshop (ICW) 2019”. Acara tersebut mengangkat tema Stem Cell and Tissue Engineering Regenerative Medicine From Basic Science to Clinical Application. Simposium diselenggarakan selama dua hari, yakni pada Sabtu (26/1) dan Minggu (27/1) di Hotel Wyndham Surabaya. Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama FK UNAIR bersama dengan RSUD Dr. Soetomo, dan akan menjadi event rutin setiap tahun.

Diskusi pertama dipandu oleh dr. Sulis Bayusentono ditemani tiga orang pembicara, yaitu, dr. Ferdiansyah Mahyudin Yunus, SpOT; Dr. Asra Al Fauzi, SE., MM., SpBS(K), FICS, IFAANS; dan Prof. Dr. Fendik A. Rantam, drh.

Ketua pelaksana ICW 2019, Dr. Achmad Chusnu Romdhoni., dr., SpTHT., KL(K) menyebutkan bahwa konferensi tersebut diselenggarakan sebagai upaya FK UNAIR dalam studi pengembangan teknologi stem cell, khususnya untuk mengatasi masalah degeneratif seperti parkinson, stroke, diabetes, dan seterusnya. Bahkan teknologi ini diklaim mampu membantu pertumbuhan tulang yang diamputasi akibat tumor.

“Degeneratif itu kan permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan pergantian sel. Sel yang rusak diganti dengan sel baru. Tapi memang ada beberapa sel yang tidak bisa beregenerasi, contohnya sel syaraf. Dengan adanya teknologi baru semacam stem cell ini diharapkan sel-sel tersebut dapat tumbuh kembali,” jelasnya.

Dirinya menambahkan, hingga saat ini pengaplikasian stem cell sebagai salah satu metode pengobatan di Indonesia belum banyak dilakukan.

“Proses pengobatan menggunakan stem cell di Indonesia belum dikomersilkan. Di RSUD Dr. Soetomo sendiri masih sebatas studi atau penelitian. Semuanya masih dalam tahap pengawasan. Jika ke depan hasilnya bagus, maka teknologi stem cell bisa diaplikasikan,” imbuhnya.

Di luar negeri, metode penyembuhan menggunakan stem cell atau sel punca telah banyak dikembangkan. Sementara itu, di Indonesia, aplikasi stem cell dalam dunia kedokteran masih mengalami sejumlah hambatan dan tantangan. Diantaranya terkait masalah regulasi dan standarisasi dari pemerintah. Bahkan jumlah rumah sakit yang mendapat izin untuk mengembangkan stem cell terbilang sangat sedikit. Dr. Achmad juga tak menampik jika pengobatan menggunakan stem cell membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Kendati demikian, ia berharap teknologi ini dapat segera direalisasikan di Indonesia.

Penulis: Zanna Afia Deswari

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).