Tips Mahasiswa Asing dalam Mengurangi Ketidakpastian Budaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Keberadaan mahasiswa Asing di Universitas Airlangga tidak hanya menjadikan Universitas Airlangga dapat bersaing di lingkup nasional tapi juga kanca internasional. Mahasiswa asing di sini menjadi pelengkap dari keberagaman budaya akademik yang ada. Dapat diibaratkan, UNAIR adalah salah satu contoh miniatur Indonesia dengan banyaknya mahasiswa asing yang berasal dari Sabang sampai Merauke bahkan Internasional.

Kehadiran fenomena budaya meliputi bahasa, logat, dan karakter yang berbeda membuat mahasiswa asing di UNAIR mengalami ketidakpastian. Akibatnya, berbagai macam dugaan dan persepsi hadir untuk menghambat komunikasi antarbudaya yang efektif.

Hal tersebut membuat penyampaian pesan di antara dua kebudayaan itu menjadi terdistorsi atau terhambat. Akibatnya, perlu adanya simulasi dalam memahami komunikasi antarbudaya mahasiswa asing di UNAIR.

Seperti fenomena culture shock (gegar budaya) yang dialami oleh Laurent Andriamalala, mahasiswa S2 Media dan Komunikasi asal Madagaskar. Dia bercerita pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di kampus UNAIR. Laurent mengungkapkan bahwa dirinya mengalami ketidakpastian, perasaan ragu dan takut salah saat berhadapan dengan orang yang ditemuinya.

”Saya merasakan kebingungan ketika pertama kalinya menginjakkan kaki di UNAIR. Saya layaknya orang awam yang tidak mempunyai pengetahuan apapun,” ungkap Laurent.

”Ketika saya sedang mendengarkan dosen, bahasa Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang saat ini saya hadapi. Tapi, saya masih terus belajar untuk menyesuaikan bahasa dan lingkungan di sekitar saya,” tambahnya.

Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut, mahasiswa asing di UNAIR tentu akan melakukan berbagai macam cara. Salah satunya yaitu dengan meniru, menyamakan persepsi, dan mengadopsi nilai budaya yang ada. Agar lebih mudah diterima oleh lingkungannya. Kali ini, tim Unair News merangkum beberapa tips bagi mahasiswa asing yang ingin kuliah di UNAIR.

Pertama, adanya kemauan atau motivasi untuk beradaptasi dan belajar bahasa Indonesia dengan sesama teman di kelas. Hal tersebut dapat didapatkan ketika mahasiswa asing yang berkuliah di UNAIR aktif dalam mendengarkan dan menyesuaikan dengan lawan bicaranya. Pentingnya belajar menyenangi hidup bersama dengan budaya yang berbeda akan membuat komunikasi menjadi lebih efektif.

Kedua, menciptakan persepsi positif dalam mengenal kebudayaan yang berbeda. Persepsi itu dapat membantu mahasiswa asing dalam berkomunikasi, khususnya ketika kali pertama bertemu dengan orang baru yang belum ia kenal.

Berkomunikasi secara aktif dan interaktif dengan dosen maupun teman sekelas menjadi salah satu cara mahasiswa asing dalam memulai pembicaraan serta mengenalkan dirinya. Jadi, mahasiswa asing di sini dapat menghargai perbedaan budaya serta mengesampingkan ego maupun prasangka dalam diri.

Ketiga, Lingkungan sosial tempat mahasiswa asing berada. Kondisi lingkungan belajar mahasiswa asing, nyatanya, juga mempengaruhi mahasiswa asing dalam berkomunikasi. Untuk memperlancar bahasa Indonesia, mahasiswa asing diharapkan dapat memilih tempat tinggal kos untuk dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat Surabaya. Sebab, kurangnya pengenalan lingkungan sosial dan budaya dapat membuat mereka memperoleh pengetahuan terbatas akan lingkungan sekitar. Jadi, prasangka maupun dugaan negatif akan menjadi lebih terminimalkan.

Ketiga faktor diatas diharapkan dapat dipahami oleh mahasiswa asing yang ingin berkuliah di UNAIR. Khususnya dalam meminimalkan ketidakpastian budaya yang terjadi. (*)

 

Penulis: Khefti Al Mawalia                                                                                                Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).