Musim Penghujan, Waspadai Bahaya DBD dan Kenali Pencegahannya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Wakil Dekan I FKM Universitas Airlangga Dr. Santi Martini, dr., M.Kes. (Foto: Feri Fenoria R)
Wakil Dekan I FKM Universitas Airlangga Dr. Santi Martini, dr., M.Kes. (Foto: Feri Fenoria R)

UNAIR NEWS – Demam Berdarah Dengue atau yang biasa disebut DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. Saat musim penghujan datang, pengidap penyakit ini terus meningkat. Di Jawa Timur, kasusnya terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota. Untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko terjangkit penyakit tersebut, beberapa ahli telah memberikan solusi dan rekomendasi.

Pada Senin pagi (28/1), UNAIR NEWS berkesempatan bertemu dengan Wakil Dekan I FKM Universitas Airlangga Dr. Santi Martini, dr., M.Kes., untuk memberikan tanggapan seputar DBD. Sebelum menjelaskan mengenai gejala yang ditimbulkan akibat dari DBD, dosen FKM UNAIR yang fokus pada bidang epidemiologi itu menjelaskan bahwa saat musim penghujan datang, upaya pencegahan lebih diutamakan.

“Kita semua tahu bahwa DBD ini gejala demam yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk jenis Aedes Aegypti,” jelasnya.

Nyamuk jenis Aedes Aegypty, menurutnya, dapat berkembang biak di genangan-genangan air bersih. Pada saat musim penghujan, genangan air semakin banyak sehingga kembang biak nyamuk Aedes Aegypty semakin tinggi. Untuk itu, tegas Santi, upaya pencegahan dengan memutus rantai kembang biak nyamuk harus dilakukan.

“Lakukan 3M, mengubur barang-barang yang memungkinkan menjadi tempat genangan air, menutup rapat-rapat bak penyimpanan air, dan menguras bak mandi minimal seminggu sekali,” jelasnya.

Selajutnya, Santi memaparkan mengenai gejala demam yang disebabkan oleh DBD. Menurut Santi, demam yang disebabkan DBD akan ditandai dengan bintik merah pada kulit. Jika sudah seperti itu, penanganan dengan membawa ke pusat layanan kesehatan seperti puskesmas ataupun rumah sakit harus segera dilakukan.

“Kalau sudah ada gejala dan tanda-tanda seperti itu, harus segera ditangani,” ungkapnya.

Pada akhir, Santi kembali menegaskan bahwa sebagai insan akademisi memang menjadi sebuah kewajiban untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai berbagai upaya untuk mencegah gejala yang diakibatkan oleh DBD.

“Saya yakin, upaya mencegah itu lebih mudah kita lakukan. Dan itu semua orang bisa melakukannya,” tutur Santi.

Penulis: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).