Bahasa Mandarin, Pentingkah untuk Dipelajari?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemandangan Bentang Pegunungan di Juifen, Taiwan. (Foto: Hilmi Putra Pradana)

UNAIR NEWS – Bisa berbahasa dan bertutur selain bahasa ibu atau bahasa indonesia dan bahasa Inggris pada abad ke-20 ini memang sudah menjadi suatu kebutuhan untuk kalangan tertentu. Salah satunya Bahasa Mandarin.

UNAIR NEWS berhasil menemui Muhammad A. S. Jawad, alumnus Teknik Lingkungan Universitas Airlangga angkatan 2012 yang sedang melanjutkan pendidikan master di Chung Yuan Christian University (CYCU). Jawad menjelaskan bahwa bahasa ini sangat populer karena pengguna bahasa Mandarin di seluruh dunia sangat banyak.

“Bahasa ini tetap menjadi bahasa penting baik untuk kepentingan bisnis maupun akademis,” tutur Jawad.

Tak hanya itu, meski di awal Jawad belajar bahasa Mandarin untuk memenuhi kebutuhan hidup di negara penuturnya, Taiwan, selanjutnya ia menyadari bahwa dengan perkembangan Tiongkok secara besar-besaran di tahun belakangan ini, serta sejarah kebudayaan yang panjang dan menarik. Kedua hal tersebut membuat Jawad terus mempelajarinya walaupun bahasa ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

“Jelas lebih susah bahasa Mandarin dan sangat jauh berbeda dengan bahasa Indonesia maupun Inggris, karena ada sistem tone/nada,” jelas Jawad.

Jawad menambahkan, untuk dapat membaca sebuah koran atau komik dengan baik, seseorang yang belajar Bahasa Mandarin harus menghafal ribuan huruf, minimal 3.000-5.000 huruf. Perbedaan penggunaan penulisan Bahasa Mandarin juga menambah kesulitannya.

Jawad (paling kanan) bersama 5 mahasiswa yang lain ketika sedang berlibur di Shin Kong Zoo, Taiwan. (Dok. Pribadi)

Dari tulisan, di Taiwan (dan Hongkong) menggunakan huruf Traditional Chinese. Sementara di Tiongkok menggunakan huruf Simplified (aksara yang disederhanakan dengan jumlah goresan lebih sedikit per karakternya). Sedangkan secara lisan, Taiwan dan Tiongkok tidak ada perbedaan.

Dalam mengatasi kesulitan tersebut, ia lebih menitikberatkan dengan kegiatan membaca. Karena dengan bisa membaca belajar secara otodidak atau mandiri di Indonesia tetap bisa dilakukan. Berdasar pengalamannya setelah belajar bahasa Mandarin dari nol, untuk cara belajar hampir sama seperti mempelajari bahasa yang lain.

“Harus mulai dari alfabetnya (Bopomofo), lalu ke nadanya, setelah bisa menguasai makhorijul huruf (untuk bahasa arab) baru masuk ke kalimat-kalimat sederhana,” ungkap Jawad.

Terakhir, Jawad memberi tahu bahwa tips belajar bahasa Mandarin adalah mendedikasikan banyak waktu mempelajarinya, secara aktif seperti berbicara maupun menulis, serta secara pasif dengan membaca dan mendengarkan.

“Yang penting kita bisa benar-benar membiasakan diri dengan Bahasa ini setiap hari”, terang Jawad. (*)

Penulis : Hilmi Putra Pradana

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).