Cerita Mahasiswa UNAIR Jadi Duta Wakaf Kampus Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Lelaki berdarah Lombok ini tampak semringah saat tim UNAIR NEWS mengorek kisahnya menjuarai Pemilihan Duta Wakaf Kampus beberapa waktu lalu. Raihan lelaki yang lahir pada tanggal 31 Desember 1999 itu sejalan dengan geliat pengelolaan wakaf di Universitas Airlangga.

Terkait dengan wakaf, UNAIR membukukan sejarah pada Kamis (23 Agustus 2018). Badan Wakaf Indonesia (BWI) mengeluarkan surat keputusan persetujuan pengelolaan wakaf kepada UNAIR di Jakarta. Lebih tepatnya melalui Pusat Pengelolaan Dana Sosial (PUSPAS) UNAIR. Artinya, Persetujuan tersebut menjadikan UNAIR sebagai perguruan tinggi pertama sekaligus satu-satunya pengelola wakaf.

Capaian tersebut kian bak bersambut dengan terpilihnya mahasiswa UNAIR menjadi Duta Wakaf Kampus Jawa Timur 2018 kategori putra. Adalah Sinto. Mahasiswa Fakultas Hukum UNAIR itu berhasil mengalahkan sejumlah perwakilan universitas, baik negeri maupun swasta, dalam ajang yang digelar Badan Wakaf Indonesia (BWI) Jawa Timur tersebut.

Sinto bercerita, terdapat ratusan peserta yang turut bersaing dalam ajang tersebut. Misalnya, dari Universitas Negeri Malang (UNM), Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMS), juga Universitas Internasional Semen Gresik Indonesia (UISI).

”Kegiatan ini (Pemilihan Duta Wakaf Kampus Jawa TIMUR 2018, Red) digelar pada 2018 akhir. Yakni, selama empat hari, yang dimulai dari tanggal 13 sampai 16 November 2018,” ujarnya.

Perihal tahapan seleksi, imbuh Sinto, berdasar administrasinya, terpilih sebanyak 20 finalis yang lolos ke fase berikutnya, yakni sepuluh putra dan putri. Keduapuluh finalis selanjutnya dikarantina dan ditempa untuk menjadi seorang pejuang wakaf. Terutama agar mampu menyosialisasikan dan menggaungkan pentingnya wakaf di seluruh Indonesia.

”Karantinanya bertempat di Asrama Haji Sukolilo Surabaya dengan difasilitasi BWI Pusat,” katanya.

Mengutip Komisioner BWI Soesono dalam sambutannya, Sinto menjelaskan bahwa Pemilihan Duta  Wakaf Kampus 2018 itu ditujukan bukan hanya menjaring penggerak wakaf, melainkan untuk membangun penelitian tentang wakaf di Indonesia. Khususnya di Jawa Timur.

”Selama mengikuti proses seleksi menjadi lima besar, kami (peserta, Red) mendapatkan banyak sekali ilmu. Di antaranya, pengetahuan tentang wakaf produktif, public speaking, dan class beauty,” ungkapnya.

Sinto mengutarakan, dalam proses seleksi tersebut, ditampilkan pula bakat dari para peserta. Ada yang menampilkan dance, voice vocal, puisi, hingga beladiri.

”Saya menampilkan kesenian beladiri pencak silat Tapak Suci. Sebab, saat ini juga aktif sebagai atlet pencak silat di UKM Tapak Suci UNAIR,” ujar Sinto saat ditanya perihal penampilannya dalam pemilihan itu.

Sebelum pemilihan juara I, terang Sinto, seluruh kontestan saling menunjukkan kebolehannya dalam kegiatan wakaf Goes To Campus di Ruang Amerta, Lantai 4, Kampus C. Selanjutnya, para peserta menampilkan koreo lagu Via Vallen Meraih Bintang. Pada akhirnya, pemilihan finalis lima besar untuk memperebutkan juara I, II, dan III  dilaksanakan di Gedung Theater UINSA pada 16 November 2018.

Sinto menyampaikan, dirinya sangat bersyukur atas capaian itu. Dia benar-benar tidak menyangka dapat menjadi juara I. Mengingat, banyak peserta yang berasal dari program studi ekonomi syariah. Namun, Sinto percaya pada usahanya dan berani serta percaya diri ketika mengikuti serangkaian kegiatan tersebut.

Seusai terpilih, Sinto mengaku uang pembinaannya akan disalurkan kepada orangtuanya dan untuk biaya kuliah. Sebagai tindak lanjut sebagai duta wakaf, dia saat ini aktif sebagai pemuda penggerak wakaf Indonesia Jawa Timur di bidang PSDM (pengembangan sumber daya manusia). (*)

 

Penulis: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).