Mengenal Raja Airlangga Lewat Prasasti Pucangan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prasasti Pucangan (1037 Masehi) Yang Berisi Tentang Riwayat Hidup Raja Airlangga (Oleh: Situsbudaya.id)
Prasasti Pucangan (1037 Masehi) Yang Berisi Tentang Riwayat Hidup Raja Airlangga (Oleh: Situsbudaya.id)

UNAIR NEWS – Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramotunggadewa atau kita kenal dengan sebutan Raja Airlangga adalah raja yang memerintah Jawa pada abad kesebelas masehi.

Raja yang dianggap sebagai pembaru dalam sejarah kehidupan jawa tersebut, telah menerbitkan setidaknya 33 bukti sejarah, yang terdiri dari prasasti batu dan perunggu.

Fikria Iwa Logika, Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, yang menggeluti sejarah Airlangga mengatakan jika diantara ke-33 bukti sejarah yang ada, Prasasti Pucangan adalah yang terpenting, karena memuat tentang riwayat hidup raja Airlangga.

“Prasasti Pucangan adalah yang paling penting, karena prasasti yang berangka tahun 1037 Masehi itu berisi tentang riwayat hidup Maharaja Airlangga yang paling lengkap” tutur mahasiswa pegiat Arkeologi tersebut.

Dengan membawa buku Nini Susanti berjudul Airlangga Biografi Raja Pembaharu Jawa Abad XI, dirinya menambahkan jika dalam prasasti Pucangan Maharaja Airlangga adalah keturunan dari raja Mpu Sindok, pendiri Dinasti Isyana yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 929-948 Masehi.

“Walaupun bukan keturunan langsung, anak perempuan Mpu Sindok yaitu Sri Isyanatunggawijaya menikah dengan Srilokapala dan mempunyai anak sri Makutangwangsawardhana dan memiliki anak lagi Mahendradatta, Mahendradatta kemudian menikah dengan raja Udayana dari Bali dan di karuniai 3 anak laki laki, salah satunya Airlangga,” terangnya sebelum pementasan Maharaja Airlangga di Desa Cupak, Jombang (23/12).

Pada usia 16 tahun, Raja Airlangga dikirim ke Jawa untuk dinikahkan dengan putri Raja Dharmawangsa Teguh, bernama Galuh Sekar. Di bagian Prasasti Pucangan yang berbahasa Sansekerta menyebutkan, tidak lama setelah perayaan pernikahan Airlangga dengan Galuh Sekar, Ibukota kerajaan di serang oleh Wurawari. Sehingga istana hancur dan dharmawangsa teguh meninggal dalam peperangan.

“Peristiwa itu dinamai Mahapralaya, dimana semua keturunan kerajaan habis pada malam itu, kecuali Airlangga dan pengikutnya Narottama yang berhasil menyelamatkan diri,”  ujarnya.

Setelah peristiwa tersebut,  diperkirakan Maharaja Airlangga singgah dan bertapa di daerah Pucangan, mirip dengan nama Gunung Pucangan yang kini terletak di Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang.

Menurut keterangan yang ada, Raja Airlangga tidak hanya bertapa, namun turut membuat prasasti pucangan untuk menuliskan kembali kisah pengembaraan beserta seluk-beluk silsilahnya.

“Pucangan adalah salah satu bukti dimana Airlangga mendirikan kerajaan dengan menuliskan ibukotanya di watang mas yang sekarang berada di desa katemas, Kecamatan Kudu Jombang,” pungkasnya.

Penulis: Fariz Ilham Rosyidi

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).