Digital Marketing, Menembus Batas dalam Membaca Peilaku Manusia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh digitalvidya.com
Ilustrasi oleh digitalvidya.com

Pemasaran Online atau Digital Marketing merupakan pilar konten “bebas” di web yang telah merevolusi pemasaran bisnis dalam beberapa tahun terakhir  dengan menciptakan segudang peluang baru bagi pengiklan untuk menjangkau calon pelanggan. Model periklanan saat ini dibangun di atas infrastruktur yang rumit yang terdiri dari berbagai entitas perantara dan teknologi. Tujuan utamanya adalah untuk iklan yang mentarget langsung secara personal. Untuk itu, banyak sekali data pengguna yang dikumpulkan, digabungkan, diproses, dan diperdagangkan dibelakang layar dengan kecepatan yang belum pernah ada sebelumnya (Estrada-Jim´enez dan Parra  dkk, 2016). Data pengguna yang telah terkumpul menjadi modal berharga setiap perusahaan dalam menjalankan iklan dikemudian hari. Tentu pengambilan keputusan yang diharapkan dapat menaikkan omset dari perusahaan tersebut.

Menurut Evans, dalam bukunya yang berjudul Social Media Marketing: The Next Generation of Business Engagement, ia menjelaskan bahwa jalan menuju pemasaran melalui media sosial kini tengah terbuka sangat baik. Sebuah studi Anderson Analytics pada bulan Juli 2009 menemukan bahwa 60% populasi internet menggunakan  jejaring sosial dan situs media sosial seperti facebook, My Space, dan Twitter. Selain itu menurut Evans, media sosial telah menjadi komponen utama pemasaran: kolaborasi, teknologi sosial sekarang bergerak melintasi organisasi, ke dalam fungsi bisnis mulai dari SDM dan legal hingga manajemen produk dan rantai pasokan.

Berdasarkan data pengguna internet di Indonesia yakni berjumlah 132,7 juta jiwa pada akhir tahun 2016. Jumlah tersebut bertambah sekitar 44,7 juta jiwa dari 2 tahun sebelumnya. Dari total 132,7 juta jiwa tersebut, 97,4% aktif dalam sosial media. Dan sekitar 71,6 juta jiwa sering mengunjungi atau aktif dalam media sosial facebook. Data tersebut menunjukkan sebuah potensi besar para pebisnis untuk memasarkan produknya melalui media sosial (APJII, 2016).

Dengan banyaknya populasi manusia yang beraktifitas pada mesin pencari atau social media, hal ini akan linear dengan data yang terkumpul nantinya. Data yang terkumpul ini seperti demografi, pola interaksi, minat yang terekam dan masih banyak lagi. Tentu secara tidak langsung, setiap orang yang terdaftar pada beberapa layanan digital seperti facebook, google, dan Instagram akan terdata segala aktifitas mereka dalam suatu database (big data).

Didalam big data, semua perilaku manusia akan dicari pola yang sesuai dengan target pasar perusahaan. Tentu akan terjadi proses matching data yang akan menyesuaikan secara otomatis bagaimana perilaku manusia yang sesuai dengan suatu produk. Suatu Produk, misalkan kopi tentu memiliki konsumen dengan perilaku khusus dan pasti berbeda perilaku dengan konsumen teh. Hal ini lah yang sedang digarap oleh beberapa perusahaan raksasa baik mesin pencari (search engine) maupun sosial media.

Digital marketing dapat menjadi studi literature baru di abad 20 yang mengiriskan beberapa macam bidang ilmu seperti statistika, matematika, pemasaran, psikologi, sosiologi, manajemen, dan pengiklanan. Universitas sebagai institusi pendidikan tertinggi harus menjadi pusat pengembangan teknologi yang terbarukan. Dalam menembus batas untuk membaca perilaku manusia, Universitas harus menghadirkan berbagai macam literasi yang mampu mengarahkan perkembangan ini agar berjalan positif. Perkembangan teknologi harus tetap dikedepankan, namun moralitas manusisa juga harus dipertimbangkan dalam pengembangan teknologi tersebut.

 

Penulis merupakan CEO Sarang Walet Markaswalet.com

Digital marketing Specialist

Mahasiswa Matematika Universitas Airlangga

Wakil Ketua BEM UNAIR 2018

Berita Terkait

Achmad Chasina Aula

Achmad Chasina Aula

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi